Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Selasa, 25 Agustus 2015

Tea Walk di Riung Gunung, Puncak

Bambu ulir daun bambu jari, detil klik di sini...
Riung Gunung yang berada di daerah Puncak Pass, Kabupaten Bogor ini sebenarnya bukan objek wisata baru lagi. Konon pada masanya, Bapak Proklamator Indonesia, Ir. Soekarno, bahkan pernah berkunjung ke salah satu vila di area ini untuk mendoakan kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan negara Republik Indonesia (sumber : bogor.net). 
Namun meski sudah lama, Riung Gunung yang terletak pada ketinggian 1400m dari permukaan laut dan berada pada tepi jalan sebelah kiri dari arah Jakarta (kita akan melewati lokasi Agrowisata Gunung Mas dulu sebelum Riung Gunung) Jalur Puncak Km 40 ini kami saksikan sendiri masih mampu menarik banyak pengunjung. Berikut catatan perjalanan kami... check it out...
Agenda utama kami pada akhir pekan 26 September 2015 lalu sebenarnya adalah mencoba Hotel Caravan di Taman Safari Cisarua dan ber-Safari Malam. Namun kami sekeluarga sengaja berangkat lebih pagi dari rumah di Bekasi untuk mampir ke Riung Gunung, sekaligus menghindari macet di pintu keluar Ciawi. Alhamdulillah perjalanan menyusuri Jalur Puncak pagi itu amat sangat lancar jaya sekali. Kami sudah tiba di Riung Gunung pada pukul 8 kurang sedikit. 
Bangunan utama Riung Gunung menurut suami masih sama seperti tahunan lalu saat ia berulang kali melintasi Jalur Puncak dalam perjalanan Bandung-Jakarta sebelum tol Cipularang dibangun. Tersedia pelataran parkir kendaraan yang cukup luas di depan bangunan utama ini. Di sebelah kiri-kanan pelataran ini terdapat beberapa restoran masakan Indonesia yang siap melayani pengunjung (aroma jengkolnya pagi itu sedaaaap...), atau sekedar kopi panas untuk menghangatkan tubuh. Udara di sini pagi itu sejuk sekali... mengenakan jaket adalah pilihan yang baik.
Tulisan 'RIUNG GUNUNG' yang legendaris di atap bangunan utama menurut suami masih seperti tahunan lalu.


Loket tiket masuk berada di sebelah kiri bangunan utama, kita harus membeli tiket sebesar Rp.5000/orang untuk masuk ke dalam. Seorang Bapak paruh baya yang masih tampil sigap tampaknya menjadi pengelola area wisata ini. Beliau merangkap menjadi penjual tiket dan penjaga kebersihan taman di dalam. 
Beliau banyak bercerita pada suami bahwa kebun teh yang berada di dalam Riung Gunung berada di bawah pengelolaan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII, sama dengan kebun teh di Gunung Mas. Sayangnya pagi itu tidak ada aktivitas para pemetik teh karena saat itu hujan belum turun sehingga pucuk-pucuk teh tidak banyak keluar. Tahun 2015 memang tercatat memiliki musim kemarau panjang. Nyaris sepanjang tahun hingga akhir September 2015 belum juga memasuki musim penghujan. Menurut beliau, panen pucuk teh terakhir berlangsung tiga bulan lalu (berarti Juni 2015), tetapi hasilnya sangat mengecewakan. Dari angka target sekali panen pucuk daun teh yang biasanya berkisar 9 ton, ketika itu hanya diperoleh 800 kg daun teh. Insyaallah hujan segera diturunkan-Nya agar produksi daun teh PTP VIII kembali meningkat. Hmmm... sayang juga sih karena kami belum juga berhasil melihat secara langsung aktivitas para pemetik teh yang sangat terampil itu....

Dari loket masuk di bangunan utama, kita harus turun ke bawah. Di sana ternyata terdapat sebuah kolam renang anak yang cukup besar dan bersih, tetapi airnya dingiiiin sekali. Ketika baru masuk, kami melihat seorang petugas sedang tekun membersihkan kolam renang tersebut. Di dekat kolam terdapat restoran masakan Indonesia, mushalla, dan toilet. Kami pun menuju sebuah gazebo untuk sarapan. Sebenarnya jika membawa tikar, kita bisa piknik dengan nyaman di lapangan/taman, atau di mana saja di sekitar kebun teh sambil menyantap hidangan. Sayangnya ketika itu kami tidak terpikir untuk membawa tikar. Beberapa pengunjung yang datang setelah kami tiba rupanya membawa tikar sehingga bisa menggelar acara piknik keluarga di sana...



 Aneka tanaman bunga tumbuh di sini. Lapangan/taman Riung Gunung yang datar dan bersih, sesuai untuk menggelar piknik. Kita juga bisa memanfaatkan gazebo untuk duduk-duduk atau bersantap. Terdapat beberapa permainan anak seperti jungkat-jungkit dan ayunan di sini. Pada foto di atas tampak ketiga anak kami bermain jungkat-jungkit dengan tidak seimbang, untungnya kemudian seorang anak sebaya yang baru datang bersama keluarganya bergabung sehingga mereka berempat bisa bermain jungkat-jungkit.

Kita bisa turun lebih jauh lagi ke bawah memasuki area perkebunan teh. Bebas ber-tea walk di sini, namun tetap hati-hati karena lereng kebun teh di kanan-kiri jalan con-block itu cukup curam di beberapa tempat. Pilihlah sela-sela barisan pohon teh yang tidak terlalu curam untuk ber-tea walk dan berfoto ria. Satu lagi, jangan membuang sampah sembarangan atau mencorat-coret lokasi ini, ya...

Pucuk-pucuk daun teh yang ternyata membutuhkan banyak air hujan untuk tumbuh subur...

Bagi pengunjung awam seperti kami, tea walk dan berfoto-foto adalah aktivitas yang bisa dilakukan dengan cepat. Mungkin bagi mereka yang berminat pada ilmu botani, tea walk bisa dilakukan berjam-jam sambil mencatat dan mempelajari ekosistem kebun teh. 
Intinya, berkunjung pagi hari ke Riung Gunung bagi orang awam seperti kami yang berniat akan turun ke arah Jakarta setelah dari sini akan lebih menyenangkan jika sebelumnya kita telah mempersiapkan beberapa aktivitas yang kira-kira dapat dilakukan di sana untuk menunggu waktu one way ke arah Puncak berakhir (kami catat saat itu pemberlakuan jalur satu arah ke atas/Puncak adalah antara pukul 8.30~11.30). Memang tidak masalah jika kita masih akan menuju ke atas/Puncak Pass setelah dari Riung Gunung. Tetapi bagi yang akan turun, kita tidak akan bisa pindah ke bawah/arah Jakarta meskipun sudah selesai dengan kegiatan di Riung Gunung sebelum pukul 11.30. 
Karena memang tidak rencana berenang di sini, kami kemarin sudah mempersiapkan beberapa buku yang bisa dibaca serta game pada laptop/tab untuk menunggu waktu diperbolehkan kembali untuk turun ke arah Jakarta. Selain itu, sebenarnya kita juga bisa membawa raket bulutangkis untuk sekedar gerak badan sambil  menunggu waktu. Pada sekitar pukul 10 lebih, mulai terlihat beberapa paralayang beterbangan di angkasa... lumayan juga sih memandangi paralayang itu beterbangan untuk menghilangkan rasa jenuh.
Namun di luar adanya aturan one way ke arah Puncak ini, secara keseluruhan Riung Gunung memang sangat membantu kita kembali fresh. Pemandangan alamnya juara, udaranya asli segar, dan cukup banyak sebenarnya pilihan aktivitas yang bisa kita lakukan di sini... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar