Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Senin, 07 Desember 2015

Surga Anggrek dan Sukulen 'Rumah Bunga Rizal', Lembang

Rumah Bunga Rizal (RBR) atau disebut juga Rizal Orchids yang beralamat di tepi Jl. Raya Maribaya km. 2,4, Lembang ini (sebelah kanan dari arah kota Lembang) mudah dikenali dari papan nama berwarna merah yang terpasang besar-besar pada akses masuk lahan parkirnya (foto sebelah kanan). Tempat ini adalah sebuah kebun produksi yang telah berdiri sejak tahun 1978. Menurut Ibu Tatik Rizal - sang pemilik tempat ini - dalam bincang-bincang hangat di lokasi rumah bunga maupun via WA, RBR bermula dari hobi budi daya berbagai macam jenis kaktus, anggrek, serta tanaman hias lain, yang seiring berlalunya waktu berkembang pula dengan memproduksi sejumlah produk kreatif handmade penunjang hobi dan berkebun seperti cover pot, kawat penyangga tanaman, kawat gantung, dsb. 
Dari area parkir kita masuk ke dalam karena RBR memang 'ngantong'
Kaktus merupakan komoditas pertama yang RBR budidayakan sejak 1979 oleh Pak Rizal Djafaarer dan Bu Tatik. Kaktus tetap diminati karena keunikan bentuk, keragaman warna, dan harganya yang relatif terjangkau. Inilah yang menjadikannya komoditas abadi yang selalu diterima pasar. Kaktus relatif mudah dirawat sehingga cocok bagi siapa saja, mulai dari hobiis pemula hingga kolektor fanatik.
Anggrek adalah komoditas andalan yang telah RBR budidayakan sejak tahun 1985, terutama jenis Phalaenopsis (anggrek bulan), mulai dari bibit dalam botol, seedling, anggrek remaja, hingga berbunga. Namun RBR juga mengembang-biakkan berbagai anggrek jenis lain di seperti : Dendrobium, Cattleya, Vanda, Bulbophylum, dan masih banyak lagi.  

 Must have item : Bambu ulir rangkai daun maple, detil klik di sini...
Pada tahun 2002, RBR mengubah konsep kebun produksi menjadi kebun wisata. RBR terus berbenah demi memberi pelayanan lebih baik dengan menawarkan suasana kebun yang nyaman dan bersih, ditambah juga dengan menyediakan aneka makanan, minuman, dan es krim yang dapat dipesan oleh pengunjung. RBR yang juga merupakan tempat tinggal Ibu Tatik dan keluarga menawarkan sensasi suasana rumah yang enak untuk dinikmati bersama keluarga atau teman dekat. RBR terbuka bagi siapa saja yang ingin berkunjung mulai pukul 7 pagi hingga 4 sore setiap harinya, termasuk juga pada saat hari libur. Jika Anda tertarik untuk mengadakan acara arisan, reuni, atau karyawisata, silakan menghubungi RBR untuk reservasi tempat dan inquiry lain. 
Kami sekeluarga menyempatkan diri berkunjung ke RBR pada hari Ahad, 20 Des 2015. Sengaja berangkat pukul 6.15 pagi dari rumah orang tua kami di Perumahan Margahayu Raya, Bandung, untuk menghindari kemacetan lalu lintas Lembang yang terkenal 'kejam' setiap akhir pekan, suami mengambil rute non-tol Kiaracondong-Gatsu-Juanda-kampus ITB-Setiabudi-Lembang yang pagi itu masih terkategori lancar jaya. Kami tiba di RBR pukul 7 lebih sedikit. 
Dari area parkir kita diarahkan masuk ke RBR melewati jalan selebar 1 mobil yang dinding kanan-kirinya ditumbuhi tanaman rambat menghijau. 
Anak-anak sempat melihat seekor kupu-kupu berwarna biru yang tepat akan keluar dari kepompongnya pada salah satu daun tanaman rambat. Jadi deh kami memperhatikan dulu kupu-kupu itu yang perlahan keluar dari kepompong hingga akhirnya siap terbang bebas (foto sebelah kanan). 
Di dalam, sempat celingukan karena kami adalah yang pertama masuk ke lokasi RBR, sementara kami tidak tahu apakah RBR sudah buka atau belum, seorang staff RBR yang ramah akhirnya mempersilakan kami masuk sembari menegaskan bahwa RBR sudah buka.
Seperti kami singgung di atas, RBR membudidayakan anggrek dan sukulen. Jika kita masuk ke dalam, kita akan tiba di semacam beranda yang memiliki 2 jalur lintasan ke kanan atau kiri. 
Jika kita bergerak ke kiri, kita akan diarahkan ke rumah kebun sukulen, sedangkan arah ke kanan membawa kita ke aula (dipakai sebagai ruang serba guna untuk arisan, reuni, karyawisata, pelatihan berkebun, dll.) dan rumah kebun anggrek. Jika kita terus kita akan menjumpai mushalla dan toilet. Mushalla-nya tidak terlalu besar, kita harus antri jika pengunjung sedang membludak. Tempat wudlu memadai. Tersedia masing-masing 1 toilet bersih untuk pria dan wanita.

 Aula/ruang serba guna (kiri); anak-anak berlarian di beranda (kanan)

Rumah kebun sukulen berupa greenhouse besar dengan banyak meja display. Tampak beberapa staff RBR sedang menyiram dan memindahkan tanaman ke pot-pot kecil. Dari mereka kami memperoleh informasi bahwa sukulen dan anggrek pada dasarnya tak membutuhkan banyak air. Cek dulu media tanamnya, jika tampak berwarna terang/pucat menandakan air sudah kering. Sirami media tanam itu hingga berwarna lebih gelap (kadar air sudah cukup). Tergantung pada panas-tidaknya daerah tanaman berada, daerah panas tentu membuat media tanam lebih cepat kering, saat kita perlu menyiramnya kembali. Jangan menyiram sedikit-sedikit setiap hari. Tanaman anggrek dan sukulen pun tidak membutuhkan sinar matahari langsung terlalu banyak, mereka dapat tumbuh subur di dalam ruangan.
Suasana kebun sukulen kami tampilkan dalam foto-foto berikut :


 Kaktus jenis Notocactus (kalau salah nama mohon sorry ya Bu Tatik, hehehe...) yang seperti kepala Mickey Mouse favorit Dinda (kiri); sukulen jenis R-Echeveria (kanan)

 RBR menyediakan pot sukulen dalam kemasan tabung plastik yang cantik, cocok untuk dijadikan suvenir (kanan)

Sukulen (succulent, dari bahasa Latin succos yang berarti 'cairan') adalah istilah yang diberikan bagi sekelompok tanaman dengan karakteristik salah satu atau lebih bagian tubuhnya dapat menyimpan air. Tentu dalam bayangan kita, teringat bahwa karakteristik semacam ini dimiliki juga oleh kaktus. Oleh karena itu, semua jenis kaktus adalah juga sukulen, tapi tidak semua sukulen adalah kaktus. Allah SWT menciptakan sukulen sesuai bagi iklim kering/tidak bersahabat dengan kemampuan menyimpan air dalam berbagai jaringan sukulen yaitu pada daun (misalnya Lithop dan Hawortia), batangnya (seperti Huernia dan kebanyakan kaktus), atau pada akarnya (seperti Brachystelma dan Ceropegia).
Sukulen daun memiliki daun yang terdiri dari jaringan penyimpan air, dan batang sangat pendek yang hampir tak terlihat. Seluruh daun ditutupi lapisan tipis dari jaringan asimilasi yang menyerap air dan CO2. Saat kekeringan ekstrim, sukulen daun akan merontokkan daunnya.
Sukulen batang memiliki sedikit atau tanpa daun. Daun yang muncul cenderung lekas mengerut dan rontok. Tugas asimilasi dan transpirasi menjadi tanggung jawab batang dan tunas.
Sukulen akar menyimpan air dan bertahan dalam kondisi kering dengan cara menyimpan air dan nutrisi di bawah permukaan tanah. Manfaat ganda penyimpanan air bawah tanah adalah lebih terlindungi dari kerusakan oleh kebakaran dan hewan. 

  Must have item : Pigura 3D Anggrek Bulan, detil klik di sini...
Selain 3 jenis sukulen di atas, terdapat pula jenis sukulen yang mampu menyimpan air pada akar dan batangnya sekaligus (Caudiciform). Sukulen jenis ini mampu bertahan dalam jangka waktu lama ketika kemarau panjang dengan perantaraan 'waduk' besar mereka yang disimpan pada akar dan batang.
Akar sukulen berbentuk pendek tetapi menyebar di bawah tanah, agar memungkinkan pengumpulan uap air dari daerah yang cukup luas dan cepat dari hujan dan embun.
Sukulen didesain dengan mekanisme perlindungan terhadap predator berupa getah racun seperti yang dijumpai pada Adenium dan Euphorbia, rasa tidak enak/busuk Asclepiad yang membuat predator menjauh, duri seperti yang umumnya dimiliki kaktus, kamuflase seperti Lithop yang tampil layaknya batu, serta hidup di dalam tanah seperti sukulen geophytic yang memiliki bagian utama di bawah tanah untuk melindungi dari sengatan matahari dan predator.
Puas mengubek kebun sukulen, kami berpindah ke sayap kanan tempat kebun anggrek berada. Tepat disebelah aula serba guna, meja-meja display anggrek berada. Jujur, kami sukaaaaaa sekali berlama-lama di sini. 
Anggrek aneka jenis di sini tampil mirip sekali dengan anggrek artificial yang kami buat (tekstur bunganya persis dengan bahan lateks), bedanya anggrek di sini hidup dan butuh perawatan. 
Bu Tatik banyak bercerita tentang cara perawatan anggrek pada kami (alhamdulillah, ini informasi tangan pertama dari pakarnya). Sekilas sih tidak terlalu sulit, kami akan coba di rumah karena kami membeli anggrek bulan pula di RBR, insyaallah bisa hidup dan berkembang.
Menurut Bu Tatik, species anggrek yang dibudidayakan oleh RBR adalah species alamiah, dalam arti RBR tidak mengembangkan/ mengawinsilangkan jenis baru. Kami juga baru tahu bahwa daun anggrek bulan (Phalaenopsis) menjuntai ke bawah, sementara daun anggrek Dendrobium cenderung mengarah ke atas. 
Lengkungan khas batang anggrek yang selama ini selalu kami aplikasikan pada rangkaian kami juga ternyata sengaja dibuat demikian. Setiap pot anggrek yang Bu Tatik tunjukkan pada kami memiliki batang kawat besi yang dilengkungkan. Batang anggrek diselotip ke kawat ini sehingga tampak melengkung pula. Jika tidak ditopang oleh kawat besi ini, maka batang anggrek akan menjuntai lemah ke bawah. Hmm... ke depannya hal-hal ini akan kami jadikan referensi saat merangkai anggrek.
 Koleksi anggrek gantung (kiri); rak anggrek, tampak kursi kayu di sebelah kanan foto tempat kami berbincang santai dengan Bu Tatik (kanan)

 Anggrek bulan dengan pot sabut kelapa gantung (kiri); anggrek Dendrobium dengan pot kayu bulat yang cantik (kanan)

Bu Tatik juga sempat menunjukkan caranya memajang koleksi anggrek di pekarangan rumahnya (foto sebelah kiri). Tampak bahwa sebuah frame kayu besar dipasangi kawat raam. Kemudian frame-frame kayu kecil yang masing-masing memuat anggrek digantungkan ke raam tersebut. Tidak perlu ruang banyak dan sinar matahari berlimpah dengan cara ini. Praktis untuk lahan yang tidak terlalu luas.
Terakhir, kami memilih beberapa sukulen dan anggrek bulan sebagai suvenir untuk dibawa pulang. RBR menjual sukulen mungil seharga Rp. 5000 ~ 10.000/pot kecil. Untuk pembelian minimum 100pcs harga bisa lebih murah.

 Anggrek bulan ungu yang kami bawa pulang dengan 'harga khusus', terima kasih Bu Tatik... Hati-hati menjaga bunga anggrek ini agar tidak tertarik/terguncang karena ternyata tangkai bunganya cukup rapuh dan mudah patah. Tanaman anggrek akan berbunga selama beberapa waktu, kemudian bunganya gugur. Bunga anggrek baru akan tumbuh dari ruas-ruas batang di bawahnya. Batang di bagian atas yang tadinya ditumbuhi bunga bisa dipotong.

 Sukulen kecil yang juga kami bawa pulang : Gymnocalicium & Notocactus (kiri); searah jarum jam dari pot kiri atas : Hawortia, R-cotyledon, unknown, R-Echeveria, unknown (kanan)

Satu hal lagi yang ditekankan oleh Bu Tatik pada kami yang nota bene adalah penganggrek pemula adalah resiko memberikan pupuk lebih dari dosis yang ditentukan. Hal ini bisa berakibat daun terbakar, keriput, dsb. Gejala ini terjadi karena tanaman tak mampu memenuhi pemacuan pertumbuhan tersebut. Kasus ini memang sering terjadi pada penganggrek pemula, yang karena keinginan menggebu-gebu untuk mendapatkan hasil maksimal tanpa didasari pengetahuan yang memadai.

Baca juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar