Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Selasa, 07 Juni 2016

Jalan-Jalan di Kawasan Siam, Bangkok

Kawasan Siam yang merupakan pusat kota Bangkok merupakan salah satu favorit pelancong Indonesia manakala berkunjung ke Negeri Gajah Putih. Keberadaan banyak mall, hotel, restoran, dan tempat menarik lain di daerah ini - selain mudahnya transportasi dengan adanya skytrain - sepertinya memang cocok dengan selera orang kita...
Beberapa spot di area ini yang sayang untuk dilewatkan adalah :

1. Bangkok Art and  Cultural Center (BACC) 
Terletak tepat di persimpangan Jl. Rama 1 dan Jl. Phayathai, seberang Mall Mahboonkrong (MBK), BACC dianggap sebagai pusat galeri seni kontemporer, desain, musik, teater, dan film di Bangkok. Semua orang boleh menampilkan karyanya (lukis, fotografi, instalasi, dll.) pada ruang eksibisi Lantai 1 sampai 5 yang tersedia. Lantai 6 ditempati oleh ruang kantor, sementara Lantai 7, 8, dan 9 merupakan ruang-ruang galeri utama. Pada Lantai 1 hingga 6 kita bebas berfoto ria, sedangkan mulai Lantai 7 ke atas tidak boleh. Hanya mereka yang diberi ijin khusus boleh memotret.
Tidak dipungut biaya untuk masuk ke BACC yang buka setiap hari kecuali Senin antara pukul 10.00~21.00 ini. Pintu masuk berada di lantai 1, diapit oleh 2 patung raksasa di kanan-kirinya (foto di bawah).
Kami meluangkan sekitar satu jam untuk mengeksplorasi lantai demi lantai gedung BACC yang tampaknya memiliki arsitektur yang terinspirasi dari bangunan Museum Guggenheim di New York ini. Keduanya berciri desain serba melengkung dan jalur pejalan kaki spiral di dalamnya.
Ide awal pembangunan BACC dicetuskan pada 1995 oleh gubernur Bangkok saat itu, Dr. Bhitchit Rattakul, yang berlanjut dengan peletakan batu pertama pada tahun 2000. Sayangnya karena multi masalah terkait pendanaan, penundaan oleh gubernur selanjutnya, penolakan politis yang digalang oleh Samak Sundaravej, dan korupsi, proyek ini terkatung-katung hingga 2005 ketika akhirnya proyek berlanjut dengan lebih serius dan selesai pada 2008. Gedung berdesain kontemporer di pusat kota ini awalnya dinamai Bangkok Metropolitan Museum of Contemporary Art (BMOCA), namun berganti menjadi BACC sebelum diresmikan pada Juli 2008 oleh Her Royal Highness (HRH) Princess Maha Chakri Sirindhorn.  
Pameran lukisan di dinding oval BACC (kiri); pemandangan ke bawah dari lantai 9 (kanan)

Saat ini BACC memiliki lebih dari 4000 m2 area pameran, deretan toko-toko yang umumnya berkaitan dengan seni, perpustakaan seni, serta beberapa cafe yang menyediakan makanan ringan. Terdapat pula beberapa seniman lokal yang menyediakan jasa melukis foto seperti di Pasar Seni Ancol (foto sebelah kiri). Mereka menempati beberapa stand yang tampaknya sengaja disediakan untuk keperluan interaktif ini.
Koleksi yang dipamerkan saat kami berkunjung utamanya adalah lukisan pemandangan oleh seniman lokal, selain tentunya pameran fotografi. Lukisan yang dipamerkan boleh dibeli, label harga sudah tertera pada tiap-tiap lukisan.
Nuansa internasional kental di sini dengan label dan papan informasi bilingual (Inggris & Thai), serta staff BACC yang ramah dan lancar berbahasa Inggris. Kurator seni BACC, Apinan Poshyananda dan Luckana Kunavichayanond, memastikan bahwa selalu akan ada hal menarik untuk dilihat di BACC, seperti yang telah rutin digelar beberapa tahun terakhir semisal The New Asian Photography Exhibition, The Young Thai Artist Award, Contemporary Japanese Crafts, dan The Mekong River Art Project.
BACC memiliki pintu keluar di lantai 1 (ke arah Jl. Phayathai), serta di lantai 3 berupa jembatan layang langsung ke sky bridge dekat BTS National Stadium. Dari sky bridge ini kita bisa langsung menumpang sky train, menyeberang ke MBK mall (ke selatan), atau ke arah Siam Center (ke timur). 2 foto di bawah menunjukkan jembatan layang keluar BACC (kiri), dan connecting bridge ke arah MBK (kanan).

 BACC biasa mengadakan pementasan seni outdoor, seperti sebuah pameran 'foto berkisah' memanfaatkan dinding luar BACC yang terbuka bagi umum dan sempat kami saksikan (kiri); pemandangan MBK di waktu malam dari atas connecting bridge di luar BACC (kanan) 
 
2. Mall Siam Discovery, Siam Center, Siam Paragon & Central World Plaza
Jika kita menuju arah timur dari persimpangan Jl. Rama 1 dan Jl. Phayathai (lokasi BACC), di sisi utara Jl. Rama I berderet mal-mal Siam Discovery, Siam Center, Siam Paragon & Central World Plaza. Seharian penuh mungkin tidak cukup untuk menjelajah lantai demi lantai mal-mal ini. Secara umum mal-mal ini menjual barang-barang branded yang harganya tentunya tidak murah (jika mencari barang-barang dengan harga ramah di kantong, lebih tepat menuju MBK atau ke toko-toko di Siam Square di sisi selatan Jl. Rama 1). Boleh saja window shopping di sini, tetapi kemudian lanjut berbelanja di MBK.
Di Siam Discovery lantai 6 sebenarnya terdapat museum patung lilin Madame Tussaud, dan di Siam Paragon terdapat Sea Life Bangkok Ocean World. Sayangnya karena waktu kurang mendukung kami tak sempat masuk ke sana.
Pertokoan Siam Square (kanan); berjalan kaki menikmati pemandangan Kawasan Siam paling enak memang dari atas sky bridge (kanan)

 Pintu masuk Siam Center 2016 dengan aksesoris kursi raksasa (kiri); Siam Paragon (kanan)

 Kuil Wat Pathumwanaram dilihat dari sky bridge (kiri); Central World Plaza di persimpangan Ratchaprasong merupakan gedung paling timur dari kelompok bangunan di sisi utara Rama 1 ini (kanan)

 Food court di Siam Paragon hampir sama saja dengan di sini. Hanya saja mesti ekstra hati-hati memilih hidangan halal. Menu-menu seafood masih menjadi preferensi kami karena lebih aman. Menurut pantauan kami (April 2016) tidak ada restoran halal di food court Siam Paragon.

 Info : Restoran halal tersedia di MBK Mall, setidaknya di Lantai 6 dekat food court MBK terdapat Yana Restaurant, dan beberapa kios di dalam food court juga menyediakan menu halal. Umumnya pelancong muslim dari Asia Tenggara (terutama asal Indonesia!), India, atau Timur Tengah gemar bersantap di sini.


3. Kuil Erawan (Erawan Shrine)
Tepat di sisi selatan perempatan Ratchaprasong, Pathumwan District, terdapat Erawan Shrine yang sempat mendunia akibat aksi pengeboman teroris pada tanggal 17 Agustus 2015 sekitar pukul 7 malam lalu. Saat itu 20 orang meninggal dan lebih dari 120 orang terluka akibat ledakan. Namun saat kami melihat-lihat tempat ini pada April 2016 pagi, Erawan Shrine sudah rapi kembali seperti adanya, namun masih sepi. Hanya ada beberapa pengunjung terlihat melakukan ritual pemujaan. Mereka menghormat, menyalakan dupa, serta meletakkan sesajen atau bunga yang umumnya berwarna kuning di altar tepat di depan patung.
Erawan Shrine merupakan sebuah kuil gado-gado, di mana patung yang terdapat di dalam cungkup merupakan dewa Hindu berwajah empat (Brahma) yang dalam versi Thai disebut Than Tao Mahaprom, namun dipuja oleh masyarakat Bangkok yang beragama Budha dengan cara Budha. Cungkup kuil ini tidak besar sebenarnya, karena hanya diisi oleh patung Brahma keemasan seukuran manusia normal. Namun demikian karena letaknya yang strategis, kuil kecil ini menjadi terkenal di kalangan umat Budha Bangkok dan turis.
Erawan Shrine didirikan pada pertengahan 1950-an menyusul pembangunan Hotel Erawan yang mewah di lokasi ini. Namun demikian ternyata tahap konstruksi hotel tidak berjalan mulus dengan beberapa insiden yang kemudian memunculkan anggapan akan adanya gangguan supranatural berbau mistis di kalangan pekerja konstruksi saat itu. Mereka mogok kerja, dan hanya mau terus jika dilakukan sesuatu untuk menenangkan penguasa tak kasat mata daerah itu.
Setelah berkonsultasi dengan pakar astrologi, mereka mendirikan sebuah kuil untuk memuja Dewa Brahma berwajah empat yang dipercaya merupakan solusi guna memutus gangguan gaib. Mereka kemudian membuat patung Brahma logam dengan cara dicor, kemudian disepuh emas. Konon setelah cungkup berisi patung Brahma berdiri di sini dan dipuja, gangguan gaib itu berhenti. Situs pemujaan kecil ini dinamai Erawan Shrine sesuai dengan proyek konstruksi Hotel Erawan yang sedang berlangsung.
Hotel Erawan kemudian berhasil diselesaikan dan menjadi barometer perhotelan premium Bangkok hingga 3 dekade berikutnya. Menjelang akhir 1980-an, Hotel Erawan yang menua tak lagi mampu bersaing dengan hotel-hotel baru yang bermunculan di sekitarnya. Hotel ini kemudian berganti kepemilikan dan beralih nama menjadi Grand Hyatt Erawan Bangkok (1991).
Dewa Brahma Than Tao Mahaprom dipercaya oleh masyarakat Bangkok sebagai dewa kebaikan, penuh ampunan, simpati, dan pemersatu. Empat sifat ini dilambangkan oleh empat wajah yang dimilikinya, yang dipahat dengan raut wajah memancarkan keagungan. Budhisme di Thailand memang dipengaruhi oleh kepercayaan Brahma, sehingga Erawan Shrine segera menjadi terkenal sebagai situs pemujaan.

4. Kuil Wat Pathumwanaram (วัดปทุมวนาราม)
Kuil berlatar belakang Siam Paragon
Kuil Budha yang telah berdiri sejak tahun 1857 bernama lengkap Pathumwanaram Ratchaworaviharn ini seolah terselip di antara bangunan modern Siam Paragon dan Central World. Kuil ini dapat menjadi destinasi alternatif guna rileks sejenak disela aktivitas shopping di kawasan yang nyaris tak pernah tidur ini.
Raja Mongkut (Rama IV) mendirikan kuil ini sebagai tempat pemujaan dekat Istana Sra Pathum Palace. Pada saat itu (1857) daerah ini masih berupa persawahan, dan kuil ini hanya bisa dimasuki dari kanal Khlong Saen Saeb di arah utara kuil (arah belakang dilihat dari Jl. Rama 1). Kuil ini dianggap sebagai Kuil Kerajaan kelas 3 versi kebiksuan Thammayut Nikaya (salah satu orde Budha aliran Teravada) yang berkembang di Thailand, Kamboja, dan Myanmar. Abu kremasi dari anggota Kerajaan Thailand garis keturunan Pangeran Mahidol Adulyadej disimpan di dalam kuil ini.
Sala dilihat dari sisi selatan
Di antara beberapa bangunan kuil terdapat sebuah sala (paviliun terbuka) yang dalam bahasa Thai disebut Phra Men.
Sebagian dari bangunan sala ini dibangun dari material tempat pembakaran jenazah Princess Mother (Putri Somdet Phra Srinagarindra Boromarajajonani, ibu dari Raja Ananda Mahidol (Rama VIII) dan Raja Bumibol Adulyadej (Raja Thailand saat ini, Rama IX)).
Sala ini melambangkan Gunung Meru, tempat kediaman para dewa.
Pada 19 Mei 2010 saat meletus protes kaum Kaus Merah (anti pemerintah), kuil ini disepakati sebagai 'zona aman' bagi pendemo yang cedera. Pada hari itu terjadi penembakan dari arah luar kuil menewaskan enam orang.


Kanal Khlong Saen Saep (คลองแสนแสบ) ('khlong' berarti kanal) merupakan salah satu kanal dari jaringan terusan buatan sepanjang sekitar 60km yang menghubungkan sungai Chao Phraya di barat (Khlong Mahanak merupakan titik paling barat terusan) ke Sungai Bangpakong di sebelah timurnya (daerah Chacoengsao, Sungai Bangpakong sudah masuk wilayah Provinsi Samut Prakan di timur Bangkok). 
Selain itu kanal utama poros Chao Phraya-Bangpakong ini juga tembus ke banyak kanal lain dalam kota Bangkok membentuk jaringan transportasi air yang luas. Foto memperlihatkan pemandangan Khlong Saen Saep ke arah barat dilihat dari jembatan Jl. Phayathai. Pagi itu belum tampak perahu reguler beroperasi. Sore hari merupakan waktu paling sibuk di mana banyak masyarakat Bangkok mengantri naik perahu di halte sepanjang kanal berair kehitaman ini. 
Kanal tua ini dibangun atas perintah Raja Rama III pada masa konflik daerah Kamboja antara Kerajaan Siam dan Annam. Guna memungkinkan adanya transportasi air bagi prajurit dan persenjataan Siam ke Kamboja, pembangunan kanal dimulai pada 1837 dan selesai 3 tahun kemudian. Kanal ini memungkinkan pergerakan prajurit dan artileri dengan lebih cepat dan masif dari ibukota Kerajaan Siam di Bangkok langsung ke Bangpakong yang bermuara ke Teluk Thailand ke arah Kamboja di sebelah tenggaranya.
Khlong Saep Saep dahulu pernah ditumbuhi banyak tanaman teratai (lotus). Hal inilah yang menjadi inspirasi Raja Rama IV pada sekitar tahun 1855 untuk memberikan nama 'Sra Pathum' pada daerah aliran kanal (mencakup sebidang tanah di mana Istana Sra Pathum Palace kemudian didirikan) yang berarti 'Telaga Teratai'. Saat ini nama Distrik Siam telah berganti menjadi Distrik Pathumwan yang memiliki arti teratai pula.
Istana Sra Pathum Palace saat ini terletak di Jl. Phayathai, berbatasan dengan Khlong Saep Saem di utara, serta Siam Discovery dan Siam Center Mall di selatannya. Sekitar 150m ke arah timurnya terletak Kuil Wat Pathumwanaram. Pada awal abad ke-20, tanah di mana Istana Sra Pathum Palace saat ini berada diberikan kepada Pangeran Mahidol Adulyadej (cucu Raja Rama IV; putera Raja Rama V, Chulalongkorn) yang ketika itu tengah studi di Eropa. Istana yang kemudian diberi nama Sra Pathum Palace sesuai dengan nama daerah tersebut dibangun pada tahun 1920-an. Sayangnya Pangeran Mahidol tak memiliki waktu lama untuk menikmati istana tersebut karena ia meninggal pada tahun 1929. Jandanya, Putri Srinagarindra tinggal di istana ini hingga meninggal pada 1995. Istana Sra Pathum saat ini ditempati oleh Putri Sirindhorn. Mengingat masih digunakan sebagai istana keluarga kerajaan, wilayah istana ini tidak dibuka untuk umum.

Last but not least, penginapan di kawasan ini yang pernah kami coba adalah Mercure Bangkok Siam dan Asia Hotel Phayathai. Mercure Siam sebagaimana Mercure lainnya bernuansa modern dan kekinian, sedangkan Asia Hotel Phayathai adalah hotel tua namun terkesan komplet dan homy.
Mercure Bangkok Siam menyatu dengan Ibis Bangkok Siam dalam gedung tinggi 29 lantai tepat di sisi BTS National Stadium, Jl. Rama 1. Receptionist Mercure ada di lantai 9 dan kamar-kamar hingga lantai di atasnya, jangan keliru dengan receptionist Ibis di lantai dasar dan kamar-kamar hingga lantai 8. Foto-foto Mercure tersaji di bawah.


Jika Mercure terletak tepat di seberang MBK Mall, maka Asia Hotel agak ke utara. Sekitar 10 menit jalan kaki, masih terjangkau lah jika hendak berjalan santai dari hotel ini ke Kawasan Siam.
Asia Hotel menawarkan terutama lokasi dan kemudahan akses, sedangkan fisik bangunan dan furnitur kamar tentunya sudah jauh menurun dibandingkan masa jayanya. Terutama peralatan di kamar mandi, kami perhatikan sebagian sudah tidak lagi prima. Poin plus adalah WIFI yang cukup stabil dan kencang di seputaran area hotel, yang saat ini sudah include dalam room rata (sebelumnya harus membeli paket internet tambahan). Berada di hotel ini serasa di Indonesia saking banyaknya tamu hotel dari negara sendiri...


Kembali ke lokasi strategis, Asia Hotel memiliki akses langsung ke BTS Ratchathewi. Jadi, turun dari sky train kita bisa langsung masuk ke lantai 2 hotel via akses dari sky bridge tanpa harus turun lagi ke lantai dasar. Demikian pula saat akan pergi ke tempat lain...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar