Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Senin, 06 Februari 2017

Kemping Seru di Glamping Legok Kondang, Ciwidey

Aneka rangkai tabletop, detil klik di sini...
Glamping berarti 'glamour camping'. Sesuai namanya, spot ini memang menyediakan tenda-tenda untuk berkemah. Tapi jangan bayangkan tendanya seperti tenda pramuka ya. Tenda-tenda di sini lebih besar, kuat, dan nyaman. Mirip tenda-tenda sebagian sheik Arab kaya lah, yang sampai saat ini masih ada yang memilih tetap tinggal di tenda-tenda ber-AC ketimbang rumah modern.
Kondisi dan fasilitas di dalam tenda-tenda di sini setara dengan hotel berbintang, meski memang tidak bisa dibandingkan secara langsung ya, karena bagaimanapun tenda yang terbuat dari terpal berbeda karakteristiknya dengan bangunan beton yang kokoh.
Manajemen Glamping saat ini mengelola 2 lokasi camping, yaitu di Legok Kondang yang sudah beroperasi lebih dulu, dan lokasi kedua yang belum terlalu lama launching yaitu Glamping Lakeside dengan icon Phinisi Resto-nya di tepian Situ Patengan. Lokasi camping yang kami kunjungi saat ini adalah Glamping Legok Kondang.
Jika kita berkendara dari arah Bandung, maka Jl. Legok Kondang yang menuju lokasi camping terletak setelah Ciwidey tetapi sebelum Kawah Putih, atau tepatnya lagi tak jauh sebelum Resto Saung Gawir. Kita harus belok kanan ke Jl. Legok Kondang yang ditandai plang lalu lintas. Kontur jalan beraspal mulus yang naik-turun di sini cukup untuk 2 mobil crash. Sekitar 500 m berkendara ke dalam kita akan tiba di parkir Glamping sebelah kanan jalan yang hanya muat 4 atau 5 mobil (foto sebelah kanan), dan sekitar 60m ke depan lagi kita akan menjumpai lokasi parkir mobil Glamping kedua di sebelah kiri jalan yang lebih luas dari kapasitas area parkir pertama. Masing-masing kantung parkir diberi tanda yang cukup eye catching.
Mobil pribadi memang tidak disarankan naik sampai ke lokasi camping karena akses ke sana masih berupa jalan sempit dengan kontur menanjak cukup curam. Pasti sulit jika terpaksa crash dengan mobil lain dari arah berlawanan. Ada kemungkinan mobil pribadi tergores jika dipaksa melewati jalur ini. Maka manajemen Glamping tampaknya menyewa lahan milik penduduk setempat untuk dijadikan kantung parkir. Tamu lalu dibawa dengan shuttle Gran Max dari kantung parkir ke lokasi. Jarak dari kantung parkir ke lokasi camping kira-kira 700 m, dari Jl. Legok Kondang belok kiri ke jalan semi off road tepat setelah jembatan dengan landmark PU 'Bendung Cigadung'.

Mobil shuttle Glamping Legok Kondang yang digunakan untuk mengantar-jemput tamu dari dan ke area kantung parkir dan juga program tour seperti ke Kawah Putih, untungnya sopir shuttle sangat piawai menyetir kendaraannya (kiri); mencoba untuk tetap ceria selama perjalanan semi off road menanjak curam yang menegangkan ke lokasi camping. Tas dan bawaan lain bisa diletakkan pula di ketiga baris kursi di bak belakang mobil (kanan).

Mendekati lokasi camping yang terletak di sebuah lembah terlingkupi hutan pinus kita mulai bisa melihat tenda-tenda yang trebuat dari paduan membran dan cordura tertata apik di seluruh area. Temperatur udara daerah ini berkisar antara 15 ~ 20 derajat C. Jika hujan turun temperatur bisa jadi lebih rendah.

Kantor manajemen Glamping Legok Kondang adalah bangunan kayu di sebelah kanan pada foto di atas. Setelah tiba di lokasi, kita check in dulu ke kantor ini. Dari informasi website, ternyata tidak mudah melakukan booking di sini karena - terutama pada akhir pekan - semua tenda hampir selalu fully booked. Kami sendiri melakukan booking hampir 1,5 bulan sebelum hari-H. Booking bisa langsung ke Pak Marcel via WA di  nomor 0813-18179889. Pastikan betul-betul bahwa Anda tidak salah booking ke Glamping Legok Kondang ini, atau Glamping Lakeside, karena keduanya ditawarkan bersamaan oleh Pak Marcel, dan kita mungkin tidak ngeh tenda mana yang ada di Legok Kondang, dan tenda mana yang ada di Lakeside. Pastikan betul-betul ke Pak Marcel sebelum melakukan transfer uang tanda jadi, ya...

Harga tenda (semua termasuk sarapan pagi) di Glamping Legok Kondang sbb. :

1. Heavenly Tent (kapasitas 2 orang) @ Rp. 1.998.000, tersedia 2 unit
2. Standard Tent (kapasitas 4 orang) @ Rp. 1.165.000, tersedia 6 unit.
3. Deluxe Tent (kapasitas 4 orang) @ Rp. 1.332.000, tersedia 4 unit
4. Luxury Suite Tent (kapasitas 4 orang) @ Rp. 1.998.000, tersedia 1 unit
5. Luxury Tent (kapasitas 6 orang) @ Rp. 2.553.000, tersedia 2 unit
6. Family Tent (kapasitas 8 orang) @ Rp. 2.220.000, tersedia 3 unit
7. Family Suite Tent (kapasitas 8 orang) @ Rp. 2.553.000, tersedia 3 unit
* Extra bed @ Rp. 150.000/orang
* Extra breakfast @ Rp. 50.000/orang

Saat melakukan booking 1,5 bulan sebelumnya, kami mentransfer uang tanda jadi sebesar 50% harga tenda. Pelunasan sisanya bisa dilakukan saat kita check out. Perhatikan bahwa anak di atas 5 tahun sudah dianggap 1 orang. Contohnya kami yang memilih family tent kapasitas 8 orang, tetapi datang bersepuluh (6 dewasa dan 4 anak) saat check in bisa memilih menambah extra bed atau extra breakfast saja per orang. Karena anak-anak belum membutuhkan ranjang sendiri, maka kami cukup menambah extra breakfast saja untuk 2 orang.

Lokasi Family Tent (kiri); bentuk tenda family dari arah luar (kanan)

Terdapat sebuah meja taman set publik di area halaman Family Tent. Di bagian belakang, terletak agak naik ke atas bukit adalah jenis tenda 2 tingkat yang memungkinkan kita melihat matahari terbit langsung dari jendela tendanya.

Suasana ruang dalam tenda family berukuran sekitar 5x10 m dengan lantai kayu yang bersih. Terdapat kelompok ranjang di kedua sayap kanan dan kiri tenda. Sofa kayu dan TV kabel ditempatkan di bagian tengah ruangan. Masing-masing ranjang dilengkapi sebuah bantal dan selimut yang bersih dan wangi. Di tiap tenda juga tersedia sebuah senter. Temperatur udara di dalam tenda tapa AC ini sedang saja saat siang hari, tetapi pada malam dan subuh luar biasa dinginnya!

Family tent memiliki 2 kamar mandi, masing-masing di sayap kanan dan kiri yang disekat oleh pintu geser dengan ruangan dalam tenda. Desainnya natural dengan taburan batu di lantainya. Air hangat lancar. Kondisi keseluruhan bersih.

Selain meja taman set (kiri), di area halaman juga terdapat tenda tempat air panas, air mineral, kopi, creamer, dan gula yang bebas diambil oleh tamu untuk membuat minuman hangat atau menyeduh mie gelas (kanan).

Mushalla berdesain tradisonal Jawa Barat yang bersih terdapat di lapangan area camping. Kapasitasnya memadai lah untuk tamu. Tempat wudhu ada di dinding mushalla sebelah selatan, airnya dingiiin sekali...

Glamping Legok Kondang memelihara 4 ekor rusa yang terdiri dari sepasang induk dan 2 ekor anaknya (foto sebelah kiri).
Sayangnya lokasi kandang rusa ini agak nanggung sepertinya. Terletak tepat di tepi lereng bukit, kita harus naik agak jauh ke atas lereng untuk mendapatkan spot memberi makan rusa terbaik. Akses dari tepian lereng ini juga agak sempit dan menyatu dengan jalan semi off road ke lokasi camping yang dilewati mobil shuttle.
Kita bisa juga mendekati kandang dari lapangan yang lebih datar di bawah, tetapi tampaknya keluarga rusa ini justru lebih suka berkumpul di bagian lereng yang agak tinggi.
Dari web kami juga memperoleh informasi bahwa Glamping memelihara pula sekumpulan kelinci. Sayang ketika kami berada di sana hanya terdapat 2 atau 3 ekor kelinci di dalam kandang berukuran tidak terlalu besar. Kita tentunya tak bisa bermain-main dengan hewan-hewan lucu itu. Selain kandang kelinci kami melihat pula kandang berisi sepasang musang.
Lapangan dekat mushalla yang juga menjadi halaman bagi restoran tempat disajikannya sarapan pagi merupakan area fungsional yang dari informasi website digunakan pula untuk aktivitas team building, atau sarapan outdoor. Pada sore menjelang maghrib ketika kami camping lapangan ini tampak lengang. Tak ada tamu lain yang berkegiatan di sini. Anak-anak berolahraga ringan dan beraktivitas di sini hingga menjelang adzan maghrib berkumandang. Lampu-lampu taman kemudian dinyalakan, namun qadarullah gerimis ringan kemudian turun.

Sukaaaaa sekali dengan suasana petang menjelang adzan maghrib di sini...

Setelah waktu shalat maghrib yang kami jama' taqdim qashar dengan isya, gerimis ternyata masih enggan berhenti. Namun alhamdulillah kami masih bisa berkegiatan di luar tenda karena memang gerimisnya ringan saja. Tampak keponakan kami (assalamu'alaykum dik Basti...) yang ikut serta camping tertangkap kamera sedang memandang ke luar tenda...

Meski gerimis tetap awet, seorang staf Glamping yang baik (sayang kami tidak sempat bertanya siapa nama Bapak...) tetap menanyakan kepada kami apakah kami tetap ingin ber-api unggun-ria di halaman area Family Tent? Kami menjawab boleh saja, dan Bapak tersebut dengan sigap segera menyiapkan kayu bakar, kemudian menyalakannya. Jadilah kami berkumpul di sekitar api unggun di tengah gerimis ringan (foto kiri atas). Lumayan, hangat api unggun sedikit mengusir dinginnya temperatur udara yang terus berangsur turun. Hanya kami yang keluar ber-api unggun. Tamu lain yang telah mulai berdatangan sejak waktu ashar tampaknya lebih memilih bersantai di dalam tenda masing-masing. Api unggun ini sebenarnya disediakan untuk seluruh tamu area Family Tent (3 tenda). Di area tenda lain juga disediakan api unggun terpisah. 
Suasana jalan setapak melintasi lapangan dari mushalla ke area tenda kami ba'da isya (foto kanan atas).

Untuk urusan makan malam, kita memiliki beberapa alternatif. Kita bisa memesan dinner buffet ke staf Glamping seharga Rp. 60.000/orang. Tetapi ada minimum order sebanyak 25 orang.
Selain itu bisa juga meng-order BBQ (menu sirloin, jagung bakar, sate seafood, kentang goreng, dan sayuran) seharga Rp. 95.000/orang. Atau memesan makan malam saja ke Glamping yang harganya sangat rasional untuk ukuran hotel, misalnya nasi goreng telur @ Rp. 25.000/porsi, atau ikan nila bakar porsi 1 orang @ Rp. 35.000. Harga makanan di sini sebenarnya tidak mahal, tetapi harus ekstra sabar ya karena waktunya lama sekali sebelum makanan di antar ke tenda kita...
Selain makanan berat, ngemil jagung bakar sambil minum kopi hangat juga bisa. Jagung bakar dijual @ Rp. 15.000/pc.

Setelah makan malam, jualan Glamping lain saat malam hari sebenarnya adalah milky way watching alias melihat bintang. Udara pegunungan seperti Ciwidey memang masih bersih dari polutan berupa debu atau cahaya berlebih seperti yang ada di kota besar. Maka, pada malam hari yang cerah langit malam akan tampak hitam kelam sempurna dengan taburan trilyunan bintang yang terlihat jelas dengan mata telanjang sekali pun. Bintang-gemintang bermagnitudo 5 atau 6 pun mungkin masih terlihat cukup kontras terhadap langit gelap sempurna sehingga masih bisa dilihat oleh mata telanjang, apalagi bintang bermagnitudo 1 atau 2 yang lebih terang.
Tetapi malam itu langit qadarullah tertutup awan tebal sehingga kami hampir tak dapat melihat bintang sama sekali, alhamdulillah...
Selain melihat bintang, Glamping sebenarnya juga menawarkan aktivitas melepas/menerbangkan lampion ke langit malam @ Rp. 20.000/lampion. Namun atraksi menerbangkan lampion ala lantern festival ini juga membutuhkan langit yang cerah, tidak sesuai dengan cuaca gerimis yang ada saat itu.

Malam kian larut, kami bersiap untuk tidur. Ranjang di sini empuk dan ukurannya besar-besar. Jangan lupa menggunakan selimut karena udara malam hari di Ciwidey sangat dingin. Kami sendiri tetap menggunakan jaket, kaus kaki, dan hijab lengkap saat tidur agar lebih hangat. Para laki-laki juga tampaknya kompak berjaket dan berselimut ketika tidur. Bismikallah humma ammut wa ahya...
Pagi hari setelah shalat subuh berjamaah di mushalla, kami tak meninggalkan kegiatan melihat matahari terbit yang ternyata telah difasilitasi pula oleh manajemen Glamping dengan dibangunnya sebuah anjungan atau balkon Panonpoe Medal (matahari terbit) di puncak bukit sebelah timur. Dari area Family Tent, kita tinggal berjalan kaki santai saja ke arah belakang, menanjak sekitar 100 m melewati beberapa tenda dan lapangan kecil menjelang anjungan ini (foto sebelah kanan).
Alhamdulillah pagi itu cukup cerah meski malam sebelumnya gerimis turun tanpa henti. Perlahan matahari tampak menyembul dari punggung pegunungan di sebelah timur. Awan memang masih cukup tebal, tapi letaknya tidak menghalangi sinar matahari... Setengah jam cukuplah untuk menikmati keindahan suasana matahari terbit pagi itu.

Melihat matahari terbit dari Anjungan Panonpoe Medal...

Suasana Anjungan Panonpoe Medal dilihat dari lapangan kecil di puncak bukit ketika matahari sudah naik sempurna...

Sunrise sudah, mandi pagi pun sudah. Tadinya kami ingin ber-strawberry walk di sini. Sayangnya ternyata sedang tidak musim panen strawberry. Karena itu, kami pun lantas pergi ke restoran saja untuk sarapan yang buka mulai pukul 7 pagi.
Sarapan dengan menu makanan sunda di sini disajikan secara prasmanan. Soal rasa tergolong lezat. Jumlah dan porsi makanan pun mencukupi, pokoknya tamu tidak akan kehabisan sarapan deh. Restoran berlantai kayu ini memiliki cukup banyak meja-kursi panjang yang juga terbuat dari kayu. Namun jika sudah penuh, tamu bisa makan di luar (lapangan) yang juga dilengkapi oleh beberapa kursi kayu panjang.
Hati-hati dengan beberapa kursi kayu di sini yang tampaknya kurang stabil sehingga mudah tergelimpang jatuh. Namun secara umum tempat ini memadai.

Restoran ini memiliki view kolam, dengan latar belakang beberapa tenda di sebelah kirinya. Kita bisa memancing pula di kolam ini. Kail disediakan oleh manajemen Glamping. Kita hanya membayar ikan yang ditangkap @ Rp. 40.000/kg.

Aktivitas yang dapat dilakukan pada pagi hari hingga menjelang tengah sari saat check out adalah tour ke Kawah Putih @ Rp. 40.000/orang (minimum 6 orang); trekking @ Rp. 20.000/orang (sudah termasuk guide dan air mineral); paintball game @ Rp. 100.000/orang; dan rafting di Sungai Palayangan, Situ Cileunca, termasuk makan siang @. Rp. 185.000/orang.

Kami check out agak awal yaitu sekitar pukul 10 pagi karena pada hari itu juga kami harus pergi ke pondok pesantren anak kami di daerah Pebayuran, Kab. Bekasi untuk menghadiri pembagian rapor sebelum pukul 15.
Begitu pun kami menyempatkan diri berhenti sejenak di pasar Ciwidey untuk membeli oleh-oleh khas daerah ini. Setelah melihat-lihat dan berbincang sejenak dengan penjaga sebuah toko oleh-oleh, kami membungkus beberapa kalua jeruk dan permen susu.
Kalua jeruk berarti gula dari jeruk. Unik sekali karena bahan dasar penganan ini adalah kulit jeruk yang asalnya berasa pahit, namun disulap menjadi makanan yang begitu manis. Terdapat beberapa pilihan rasa kalua jeruk yang biasanya dibedakan menurut warna tertentu : putih (rasa gula pasir), merah (rasa stawberry), hijau (rasa sirsak), dan kuning (rasa durian). Biasanya kalua dikemas dalam wadah transparan. Bentuk potongannya rupa-rupa, bahkan cenderung sembarang. Kalua curah dijual seharga sekitar Rp. 50.000/kg. Kita bisa mencampur beragam warna dalam setiap timbangannya. Kalua manis-asam ini pas disantap dalam suatu jamuan minum teh atau bandrek. Menurut kami kalua asam-manis lebih recommended daripada kalua manis, karena rasa asamnya itu menyegarkan sekali... oishiii desu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar