Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Selasa, 04 Juli 2017

Jalan-Jalan ke Punclut (Puncak Ciumbuleuit) dan Teras Cihampelas, Bandung

Setelah beberapa kali membaca postingan tentang Resto Lereng Anteng Panoramic Coffee di bilangan Punclut yang menawarkan pemandangan tebing ke arah cekungan Bandung yang tak perlu diragukan lagi keindahannya, kami berkesempatan datang ke kawasan ini pada akhir masa libur Lebaran 2017.
Suami berkomentar bahwa semasa kuliah (tahun 1994-an), ia dan teman-teman satu kost-nya kerap datang ke Punclut pada Ahad pagi, namun lokasinya masih di bawah, bukan lokasi yang sekarang dijadikan spot wisata saat ini. Sebuah tanah lapang yang tak seberapa luas di bilangan Punclut 1994-an ketika itu ramai dijadikan ajang olahraga santai sembari jajan makanan-minuman ringan khususnya bandrek, nasi timbel, tutut, dan pecel. Seingat suami, lokasinya saat itu seharusnya tak jauh dari Jl. Bukit Raya, alias masih di kawasan Punclut bawah (CMIIW).

A. Kawasan Punclut
Rekomendasi bepergian ke Punclut pada hari libur tentunya pagi hari di bawah pukul 7, karena jika kesiangan kita bisa terjebak macet horor yang setiap akhir pekan melanda Lembang dan sekitarnya - termasuk Punclut yang juga menjadi jalur alternatif bepergian dari Bandung ke Lembang selain jalur normal via Jl. Setiabudi. Lebih baik tiba di tempat tujuan lebih awal, meski memang konsekuensinya kita harus menunggu spot wisata tersebut buka pada pukul 8 atau 9.
Lereng Anteng Panoramic Coffee
Dari Bandung, kawasan Punclut biasanya dicapai via Jl. Ciumbueuit. Terus saja naik dari bundaran Ciumbuleuit ke arah Rumah Sakit TNI AU Dr. M. Salamun. Tepat di pintu gerbang/gapura RS, kita belok kanan via Jl. Bukit Raya Atas. Bisa juga mengambil rute via Jl. Rereongan Sarupi. Kedua jalan ini akan bertemu juga di atas ke Jl. Punclut. Kondisi jalan kawasan Punclut sejak dulu memang tidak lebar. Jika 2 mobil berpapasan, maka keduanya harus berjalan agak perlahan agar tidak bersenggolan karena sempitnya jalan. Kualitas jalan bervariasi dari aspal halus hingga cukup rusak di beberapa tempat. Berhati-hati jika menepi ke bahu jalan karena di beberapa tempat, posisi badan jalan cukup tinggi di atas bahu jalannya. Kolong mobil bisa kandas di tempat-tempat seperti ini.

Setelah melewati barisan saung/restoran tradisional di sisi kanan jalan, ada baiknya menepi dan parkir sejenak di sebidang tanah kosong di sebelah kanan jalan tepat di pertigaan Jl. Tugulaksana. Walaupun terkadang sedikit berbau mengingat warga sekitar sering membuang sampah di tanah kosong ini, tetapi pemandangan dari sini ke arah kota Bandung di selatan sana sangat indah. Ketika itu kami berada di sini pada sekitar pukul 8 pagi dan cuaca alhamdulillah sedang cerah, view arah Bandung dengan fokus objek bangunan menara kembar Apartemen The Taj Collections seperti foto di bawah. Tampak gedung-gedung tinggi di pusat kota, bahkan jembatan Pasupati pun terlihat di kejauhan. Namun demikian, kami perkirakan pada saat matahari belum lama terbit atau petang ketika lampu-lampu kota dinyalakan, view dari sini akan jauh lebih eksotis lagi. 

Dari pertigaan Jl. Tugulaksana ini, kita terus jalan naik lagi sekitar 1 km hingga tiba di pertigaan Jl. Pagermaneuh yang ditandai sebuah tugu. 
Ambil Jl. Baru Laksana yang lebih kecil ke sebelah kanan, maka sampailah kita di Kawasan Punclut (foto sebelah kanan) yang dari informasi ternyata belum terlalu lama dikembangkan menjadi spot wisata kuliner dengan view tebing yang menawan ini. 
Pintu masuk kendaraan ke area parkir berada agak ke dalam. Pengaturan arus kendaraan kami nilai cukup baik : masuk dari dalam, keluar dari pintu exit ke arah luar (pertigaan Pagermaneuh). Area parkir kawasan yang memiliki beberapa resto bervariasi ini cukup luas dan nyaman. 
Dari area parkir kita diarahkan untuk menuju deretan cafe yang dapat dipilih sesuai selera berdasarkan pilihan menunya, atau dari segi view yang ditawarkan seperti pada foto di bawah.


Kami menyukai konsep spot selfie berupa pelataran terbuka dengan puluhan payung warna-warni yang membawa suasana ceria seperti foto di samping kanan.
Spot outdoor ini dapat digunakan untuk menghasilkan foto yang menarik nyaris pada setiap kemungkinan arah sinar matahari. Jika kita datang sore hari, maka kita bisa mengambil foto dari arah yang berlawanan dari foto yang kami ambil pada pagi hari tersebut.
Berdasarkan informasi yang kami peroleh, Punclut merupakan singkatan dari 'Puncak Ciumbuleuit'. Daerah ini terletak sekitar 7 km dari pusat kota Bandung. Jarak yang pas memang  untuk menghasilkan pemandangan kota Bandung yang merupakan cekungan, dilihat dari Punclut yang memang terbilang sebagai dataran tinggi terdekat dari pusat kota. Hal ini nota bene kami nilai memang menjadi jualan utama resto-resto yang ada di Kawasan Punclut.

Resto Lereng Anteng yang kami tuju merupakan salah satu dari banyak pondok kuliner yang ada di sini. Landmark 'Lereng Anteng' dari tanaman bonsai seperti pada foto di atas menjadi penanda.

Lereng Anteng Panoramic Coffee memiliki belasan tenda yang terbuat dari bahan plastik transparan. Pengunjung dapat menyewa tenda-tenda tersebut sebagai tempat nongkrong sembari menyantap hidangan yang tersedia.
Mengingat matahari terkadang bersinar amat terik, pengelola Lereng Anteng menyediakan lapisan pelindung atap tenda agar kita lebih nyaman berada di dalamnya. Begitulah rupanya pada hari kedatangan kami, meski hari masih pagi, namun  matahari yang bersinar cetar membahana membuat suasana cukup terik. 
Poin positifnya : pemandangan pagi itu menjadi begitu maksimal. Langit cerah, nyaris tanpa sepotong awan pun di angkasa, kecuali sedikit yang tampak melayang perlahan di kejauhan.
Puncak-puncak barisan pegunungan Malabar, Patuha, dan Waringin yang memagari sisi selatan cekungan Bandung tampak cukup jelas di kejauhan. 
Sedikit berbeda dengan view dari tanah kosong dekat pertigaan Jl. Tugulaksana yang kami singgung di atas, view kota Bandung dari Kawasan Punclut ini sudutnya agak lebih sempit karena terhalang gerumbul pucuk-pucuk pepohonan dan punggung bukit di sebelah kiri. Ya bagaimana lagi, karena memang sudut pandang dari lokasi ini demikian. Namun demikian, pemandangan kota dari spot ini tetap luar biasa indahnya, masya Allah...

Tampak beberapa trap tenda-tenda plastik transparan di Lereng Anteng. Agak jauh ke bawah lereng kami melihat sedang ada pekerjaan konstruksi jalan yang berkelok-kelok. Namun kami tidak tahu pasti apakah jalan itu merupakan milik Kawasan Punclut ini atau bukan.

Tenda plastik transparan di Lereng Anteng dapat digunakan oleh hingga 6 orang dewasa untuk duduk lesehan. Sisi-sisi kanan-kirinya terbuka, berfungsi sebagai akses keluar-masuk tenda. 
Alasnya adalah karpet vynil yang bersih dan nyaman sebagai alas duduk. Dasar tenda berupa alas batu bata yang datar. 
Tampak pada foto di samping kanan lapisan penghalang terik matahari telah dipasang menutupi atap tenda. Memang kita tidak kepanasan duduk di dalamnya, tetapi sedikit banyak lapisan penghalang matahari ini justru mengganggu pandangan ke luar. 
Alhasil kita  mesti bergeser ke sisi kanan-kiri tenda untuk menikmati view lereng ke cekungan Bandung. Tapi memang hal ini tak dapat dihindari.

Tepat di samping Lereng Anteng, kami melihat resto lain juga menawarkan panoramic view dari tenda plastik transparan yang senada. Hanya saja bentuknya berbeda. Jika di Lereng Anteng tendanya berbentuk persegi, maka di resto sebelah berbentuk bulat telur seperti pada foto di bawah. Hmmm... menarik juga.

Selain resto dengan panoramic view, di Kawasan Punclut ini juga tersedia resto dengan konsep duduk di meja seperti biasa. Contohnya Resto de BlankON bernuansa joglo Jawa yang elegan seperti foto di bawah.

Dalam perjalanan pulang ke Bandung, mengapa tidak mencoba sekalian salah satu dari barisan warung makan tradisional? Kita sudah melewatinya saat naik ke Lereng Anteng sebenarnya. Harga menu hidangan di sini tentunya jauh lebih bersahabat dibandingkan resto-reso di Kawasan Punclut. Dan dari segi cita rasa, oke kok sebenarnya...
Foto di sebelah kanan memberi gambaran tentang warung-warung makan tradisional yang berbaris di sisi selatan Jl. Punclut. Area parkir kendaraan berada di seberangnya. Tampak pula kondisi Jl. Punclut yang beraspal cukup mulus di segmen ini, namun tidak lebar.

Saat itu kami mampir di Warung Nasi Mandiri Mukti yang cukup besar dan berlantai 2 (foto atas). Warnas ini mempertahankan desain dan identitas tradisional Sunda dengan dinding anyaman bambunya yang khas.  

Cobalah duduk di ruang lesehan lantai atas warnas yang nyaman dan adem (foto sebelah kiri). Ketika itu karena memang masih cukup pagi, hanya kami sekeluarga lah yang berkunjung ke sini. 
Kami hanya memesan es kelapa muda, bandrek, es teh manis, dan susu hangat karena memang tidak terlalu lapar. 
Menu hidangan tradisional pepes kami bungkus saja untuk nanti dimakan di rumah.
View ke arah cekungan Bandung sama persis dengan pemandangan dari tanah kosong yang kami singgung di atas, karena deretan warung tradisional ini memang terletak dekat Jl. Tugulaksana juga. View dari spot ini kami nilai merupakan salah satu yang terbaik dari beragam kemungkinan pemandangan ke arah Bandung dari Punclut.

B. Teras Cihampelas
Selesai di Warnas Mandiri Mukti dengan pelayanan Teteh-Tetehnya yang super ramah, kami mampir ke Mall Cihampelas Walk (Ciwalk). Tujuan utama kami sebenarnya bukan ke Ciwalk, tetapi ke Teras Cihampelas (TC) yang memang dekat dengan Ciwalk. Mobil kami parkir di Ciwalk, lalu kami naik ke sky walk TC lewat tangga yang berada dekat jalan masuk Ciwalk.
Kolong TC dilihat dari Jl. Cihampelas, tepat di depan Ciwalk
TC merupakan suatu ruang publik berwujud jembatan pedestrian di atas jalan Cihampelas yang menurut informasi adalah sky walk pertama di Indonesia. TC membentang dari utara ke selatan sepanjang sekitar 450 m dan lebar kurang-lebih 9 m pada ketinggian rata-rata 4,5 m di atas permukaan jalan. Jl. Cihampelas sendiri sejak lama sudah terkenal sebagai destinasi wisata belanja fashion favorit di Bandung, terutama bagi kalangan anak muda. Pembangunan Mall Ciwalk sendiri kian mendongkrak pamor jalan ini sebagai tujuan pelancong di Kota Kembang.
Pengunjung dapat naik ke atas TC lewat akses tangga di sisi kanan/barat jalan. TC dibagi menjadi 3 zonasi yaitu zona taman, zona suvenir, dan zona kuliner. Kami naik dari akses tangga dekat Ciwalk dan mendapati kios-kios kuliner serta suvenir di sekitarnya... sepertinya di sini memang masuk zona kuliner dan suvenir. Keadaan TC ketika itu cukup padat oleh pelancong yang rata-rata ber-selfie, terutama di spot khusus foto dengan bingkai bertuliskan Teras Cihampelas yang disediakan di sini.
Matahari bersinar terik saat itu. Untung saja cukup banyak pepohonan yang memayungi TC dan angin terus berhembus sehingga suasana tetap oke untuk beraktivitas outdoor seperti ditunjukkan oleh 2 foto di bawah.


Pada malam hari seharusnya suasana di TC lebih menarik karena adanya permainan lampu hias. Sayangnya kami ketika itu datang pada pagi menjelang siang. Kami juga mendapati sejumlah besar bangku taman yang dapat digunakan untuk duduk-duduk atau makan-minum di sepanjang TC. Toilet umum dan mushala pun tersedia cukup banyak. 
Kami menilai bahwa TC didesain sangat ramah difabel, dimana selalu tersedia lajur khusus untuk kursi roda pada setiap perbedaan ketinggian TC mengikuti kontur Jl. Cihampelas yang memang menurun ke selatan. Lift bagi kaum difabel kami dapati tersedia di muka hotel Aston Tropicana/Fave Premiere seperti foto di sebelah kanan. Mungkin masih tersedia lift lain di sepanjang TC, tapi kami tidak mengetahui selain yang satu ini.
Hanya satu poin yang harus diperhatikan oleh Pemkot Bandung yaitu kebersihan. Kami memang melihat jumlah tong sampah di sepanjang TC sangat memadai, dan sudah ada pula puluhan spanduk kampanye 'Dilarang Buang Sampah Sembarangan' di hampir setiap sudut TC. Namun tumpukan sampah yang sudah memenuhi tong-tong sampah itu belum juga diambil oleh Dinas Kebersihan sehingga mengeluarkan bau yang cukup menyengat.
Jadi jumlah tempat sampahnya sudah memadai, tetapi frekuensi pengambilan sampah yang sudah terkumpul di sepanjang TC yang menurut kami akan lebih baik jika ditingkatkan lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar