Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Selasa, 04 Juli 2017

Lava Tour Merapi, Jogjakarta

Merapi (2930 m DPL) disebut-sebut sebagai gunung api paling aktif di Indonesia, bahkan dunia. Menurut teori Reinout Willem van Bemmelen, seorang pakar geologi Belanda yang lahir di Batavia tahun 1904 dan menghabiskan waktunya meneliti kebumian tanah kelahirannya ini sebagaimana tertuang dalam buku terkenalnya : The Geology of Indonesia (1949), letusan hebat Merapi pada sekitar tahun 1000 M merupakan penyebab kemunduran kerajaan Mataram Kuno. Bencana hebat tersebut memaksa negara adidaya di masanya itu memindahkan kota kerajaannya dari Jawa Tengah ke kawasan Jawa Timur, menjauhi Merapi.


Di era modern, erupsi Merapi tahun 2006 dan akhirnya 2010 telah mengubah sama sekali wajah pedukuhan subur gemah ripah loh jinawi seputaran puncak Kaliadem menjadi dataran gersang nyaris tanpa kehidupan. 
Bambu ulir rangkai aneka model, detil klik di sini...
Rangkaian letusan ketika itu tak hanya menyemburkan awan panas (wedhus gembel) melainkan juga jutaan kubik material vulkanik berupa pasir dan bebatuan membara yang menumbangkan bukit Geger Boyo di bagian selatan kawah Merapi hingga menimbun kawasan Kaliadem, termasuk Bunker Kaliadem yang memang dibangun sebagai tempat perlindungan penduduk jika terjadi erupsi.
Bunker yang terbuat dari beton setebal 25 cm dan pintu besi tebal ini sebenarnya didesain untuk mampu melindungi manusia di dalamnya dari awan panas. Tetapi tak mampu menahan akumulasi udara panas dari material vulkanik 1000 derajat C yang menimbunnya hingga setebal 3 m ketika itu. Walaupun bunker masih berdiri kokoh, tetapi udara di dalamnya akan menjadi sangat panas di luar batas ketahanan manusia.

Aneka desain tabletop anggrek, detail klik di sini... 
Lava Tour Merapi bermula dari adanya masyarakat yang peduli dan kemudian mendatangi lokasi terdampak erupsi setelah letusan tahun 2010. Ketika itu jalan aspal mulus ke Kaliadem luluh lantak oleh material vulkanik.
Hanya jip offroad-lah yang bisa tembus hingga ke atas. Karena kian banyak masyarakat yang perlu naik ke atas, maka populasi jip pun bertambah hingga kemudian setelah suasana berangsur kondusif aktivitas ini beralih rupa menjadi wisata Merapi yang belakangan kian terorganisir sekaligus digemari para pelancong.

Peminat Lava Tour kami rekomendasikan menghubungi dulu penyedia jasa tour sebelum berangkat ke basecamp operator Lava Tour di kawasan Kaliurang, Jogjakarta bagian utara.
Kami ketika itu menggunakan jasa Pak Gendut sebagai driver (0822-26241746). Bisa juga sih dadakan mencari driver karena di seputaran Taman Kaliurang cukup banyak spanduk iklan driver atau bahkan jip offroad stand by di pinggir jalan.
Dari spot sebelumnya di Tebing Breksi dan Candi Ijo kami naik hingga ke loket tiket masuk ke kawasan Kaliurang.
Tepat di sebelah kanan jalan sebelum loket terdapat Masjid At-Taqwa di mana kami melaksanakan Shalat Jum'at dulu sebelum masuk ke dalam.

Masjid At-Taqwa ini cukup besar dan nyaman untuk shalat. Meski udara Kaliurang saat ini sudah tidak lagi sedingin beberapa tahun silam, setidaknya air di kawasan ini masih terasa maknyess di tubuh kita...
Sehabis Shalat Jum'at, barulah kami masuk ke kawasan.

Tiket masuk ke Kaliurang kami nilai tidak terlalu mahal. Pada hari kerja tiket mobil pribadi dipatok Rp. 4000/unit, pelancong dewasa Rp. 2000/orang, dan anak-anak Rp. 1000/orang. Pun pada hari libur tiket masuknya hanya berbeda sedikit seperti ditunjukkan oleh foto di bawah.
Ditambah adanya sumbangan Bulan Dana PMI @ Rp. 2000, Anda tentunya sudah dapat menghitung sendiri budget bagi kunjungan Anda sekeluarga ke sini.


Beres dengan urusan tiket di gardu loket masuk (foto di atas), kami naik terus menuju lokasi basecamp Pak Gendut yang terletak tak jauh dari Taman Kaliurang. Cukup banyak warung jajanan di sekitar taman, kami makan bakso dulu sebelum memulai Lava Tour.

Tiga foto di bawah menunjukkan suasana di sekitar Taman Kaliurang.



Setidaknya tersedia 3 paket Lava Tour yang bisa dipilih, mulai opsi Short Trip seharga Rp. 350.000/jip kapasitas max 5 orang hingga Long Trip @ Rp. 550.000/jip.
Terdapat banner berisi informasi detil tentang paket-paket tour di kantor basecamp Pak Gendut yang kami sambangi. Banner ini sangat membantu kami dalam memilih jenis perjalanan yang akan diambil.
Kami sarankan agar Anda benar-benar memperhitungkan ketersediaan waktu dan pos-pos kunjungan yang Anda ingin lihat. Maksudnya jangan asal mengunjungi sebanyak-banyaknya destinasi saja sedangkan Anda sebenarnya kurang berminat.
Ketika itu kami sebenarnya memiliki alokasi waktu yang memungkinkan untuk mengikuti paket Short atau Medium Trip. Tetapi menilik detil pos-pos yang akan dikunjungi, kami akhirnya memilih Short Trip karena memang lebih sesuai dengan destinasi yang kami ingin tuju.
Perbedaan mendasar dari Short Trip dan dua paket lainnya adalah adanya kunjungan ke spot petilasan dan makam Mbah Maridjan untuk pilihan Medium dan Long Trip.
Durasi perjalanan yang tercantum pada banner tersebut sebenarnya tidak mengikat, karena driver-driver jip offroad Merapi pada prinsipnya sangat fleksibel dan mengutamakan kepuasan wisatawan. Mereka tidak akan terburu-terburu mengakhiri perjalanan hanya demi mengejar/memenuhi durasi. Jika pun durasi aktualnya melebihi estimasi waktu yang tercantum, mas-mas driver ini tetap akan melayani kita dengan baik.
Satu paket lagi yang kami nilai sangat menarik dan suatu saat nanti patut kami jajal adalah Sunrise Trip seharga Rp. 400.000/jip kapasitas max 5 orang. Kami perkirakan jalannya Sunrise Tour Merapi tak akan beda jauh dengan Paket Sunrise Bromo yang pernah kami coba sebelum ini. Namun tentunya medan jalan ke Sunrise Point di Kaliadem ini tak sejauh ke Penanjakan di Bromo. Hmmm... tentunya sangat patut dicoba!
Ketika itu kami datang bertujuh, sehingga kami menyewa 2 unit jip offroad.

Kami sangat menyarankan Anda membawa kacamata dan masker (foto sebelah kiri) sebelum menjajal Lava Tour karena medan jalan menuju puncak Kaliadem penuh pasir dan debu bekas erupsi Merapi yang cukup mengganggu.
Topi boleh juga dipakai, terutama jika Anda bepergian pada siang hari seperti kami saat itu. Pastikan juga batere kamera atau HP Anda full charged sebelumnya. Kita bisa mengisi batere dulu di basecamp jika memang diperlukan.
Setelah semua persiapan beres, kami pun mulai jalan. Yeay! Lava Tour Merapi, here we comes!!!



Pos 1 : Museum Mini Sisa Hartaku (MMSH)
Museum ini dulunya adalah sebuah rumah penduduk biasa di Desa Petung, Kepuharjo (berjarak sekitar 6~7 km dari puncak) yang masih tetap berdiri setelah tersiram hujan material vulkanik Merapi. Sisa rumah ini kemudian dijadikan tempat untuk mengumpulkan dan mengoleksi aneka barang milik penduduk sisa erupsi dan foto-foto terkait bencana Merapi sebagai peringatan dan bahan pelajaran bagi kita semua untuk lebih bersyukur dan memaknai kehidupan yang damai sebagai anugrah.

Di bagian depan bangunan museum yang tampak kusam dan muram karena memang dibiarkan apa adanya untuk menggambarkan efek merusak material vulkanik bertemperatur ekstra tinggi ini, kita sudah akan terhenyak melihat kerangka 2 ekor sapi yang ikut menjadi korban erupsi. Pak Gendut yang tak hanya menjadi driver tetapi juga berperan sebagai guide bercerita panjang lebar mengenai rangkaian erupsi Merapi tahun 2010. Periode rentetan aktivitas vulkanik yang dihitung sejak terdeteksinya peningkatan gejala kegempaan pada 20 September hingga puncaknya saat letusan hebat terjadi pada Jum'at dinihari 5 November yang menghasilkan kolom awan panas setinggi 4 km dan muntahan aneka jenis material vulkanik ke segala penjuru.

Produk partisi ruangan aneka model, detil klik di sini...
Tercatat sedikitnya 353 orang meninggal dunia - termasuk Mbah Maridjan - dalam erupsi 2010, meskipun sebenarnya pemerintah setempat telah mengupayakan segala cara untuk mengevakuasi sebanyak-banyaknya penduduk sejak akhir Oktober. Kebanyakan hewan ternak sayangnya tak sempat dipindahkan ketika itu.
Masih menurut kisah Pak Gendut, setelah erupsi reda, regu SAR perintis yang pertama kali mencapai lokasi bencana menemukan puluhan sapi ternak milik penduduk yang rupanya hanya terkena awan panas sehingga masih hidup namun sangat kesakitan akibat luka bakar nyaris di sekujur tubuh mereka. Team dari kesatuan TNI yang tergabung dalam regu penyelamat terpaksa menembak mati hewan-hewan ternak itu agar mereka tidak menderita lebih lama lagi. Sungguh mengenaskan...


Sebagian dari sisa barang-barang yang rusak terkena awan dan material panas. Jangankan benda dari plastik, bahkan botol kaca dan alat-alat dari logam pun tampak meleyot karenanya.

Pak Gendut in action, sangat bersemangat menceritakan kronologis erupsi Merapi dan upaya tak kenal lelah regu SAR ketika itu (kiri atas). Hewan ternak lain seperti ayam tak terhitung jumlahnya yang turut menjadi korban (kanan atas).
Karena saat ini dinilai tidak lagi aman untuk dihuni, maka Desa Petung, Kepuharjo, dikosongkan sejak erupsi 2010. Bekas Desa Petung ini kini hanya dijadikan lokasi wisata yang didatangi sesekali saja jika kondisi Merapi sedang memungkinkan.

Pos 2 : Spot Batu Alien
Batu raksasa ini sebenarnya berasal pula dari dapur magma Merapi, tentunya tak ada kaitannya dengan makhluk luar angkasa. Tapi karena ukurannya yang ekstra jumbo, penduduk kemudian menamainya demikian.

Lokasi ini - dan spot-spot lainnya di lingkung puncak Merapi ini - sekarang sudah tampak mulai kembali menghijau oleh vegetasi. Dulu saat erupsi keadaan tentunya amat berbeda : nyaris semua kehidupan hewan dan pepohonan habis terbakar dan tertimbun debu tebal. Tak ada hijau dedaunan, semua berganti butiran kelabu berbau asap.

Banyak orang yang mengantri untuk berfoto di batu tunggal segede gaban yang entah berapa ton beratnya ini, maka selalu tertiblah menunggu giliran. Terdapat peringatan untuk tidak mencoba menaiki batu besar tersebut, selayaknya anjuran ini dipatuhi demi untuk keselamatan bersama.

Langit yang semula cerah berangsur diselimuti awan gelap. Sayang sekali pucak Merapi di kejauhan selalu tertutup awan rendah sehingga kami tak memperoleh kesempatan untuk mengabadikan bentuk gunung legendaris ini secara utuh. Namun demikian kami tetap dapat melihat asap sulfatar abadi yang keluar dari puncak kepundennya.
Pada foto di atas tampak pula fasilitas menara untuk berfoto di spot Batu Alien. Namun karena pemandangan Merapi sedang jauh dari maksimal dan tarif untuk berfoto dari menara ini pun tergolong tidak murah, kami tidak menjajalnya.

Driver jip offroad rupanya memiliki banyak trik berfoto di lokasi Batu Alien yang memang cukup luas dan kaya spot selfie. Wisatawan tentunya senang-senang saja. Berikut 3 contohnya...

Mereka menamai trik ini Bukit Harry Potter. Di sini tersedia sebatang bambu yang rupanya digunakan seolah sapu terbang para murid Hogwarts. Prinsip dasar trik ini adalah foto levitasi.

Pak Gendut menggunakan kamera HP biasa kami untuk membuat foto panorama tanpa di-crop di atas. Entah bagaimana caranya, kami lupa bertanya, hadeuh....


Trik yang ketiga ini sebenarnya sangat sederhana. Cukup ambil sebuah kerikil kecil, lalu letakkan tepat di depan lensa kamera HP kita. Sementara di kejauhan, model kita berpose sambil mengangkat telapak tangan ke atas.
Kunci sukses trik ini adalah menempatkan kerikil kecil tadi sedemikian rupa sehingga tampak seolah-olah batu raksasa yang sedang diangkat oleh sang model. Jadi harus tepat di atas telapak tangan. Tapi tentu saja karena jarak fokus kamera adalah ke model, maka kerikil tapi akan tampak blur alias kurang fokus. Untuk menyiasatinya, pilihlah kerikil yang bertekstur halus sehingga ketidakfokusannya akan lebih tersamar.
Jenis kerikil bertestur dan bercorak seperti yang digunakan driver kami pada foto di sebelah kanan kami nilai kurang cocok karena ketidakfokusannya lebih kentara.
Selain beberapa trik foto yang dapat kita lakukan sendiri tadi, lokasi Batu Alien pun sebenarnya memiliki fasilitas spot foto berbayar yaitu bingkai foto berbentuk hati dari bambu yang berhiaskan bunga dan dedaunan.
Jarak spot Batu Alien di wilayah Kepuharjo ke puncak Merapi kurang lebih sama dengan dari Desa Petung (MMSH) yaitu 6~7 km.

Pos 3 : Bunker Merapi Kaliadem
Dari Batu Alien, kita begerak naik terus ke lokasi Bunker Kaliadem yang dulunya menjadi wilayah Desa Kinahrejo di mana Mbah Maridjan tinggal. Kinahrejo berjarak sekitar 4 km dari puncak Merapi.
Ngenes rasanya melihat kondisi jalan naik ke Kaliadem yang hancur total diterjang material vulkanik (foto sebelah kanan), meski pun sepanjang kanan-kiri jalan telah mulai adem menghijau kembali. Kini jalan yang sempat terkubur lahar dingin hingga kedalaman 1,5 m ini hanya bisa ditembus oleh jip ofroad atau motor trail. Sementara dulu jalan ini beraspal mulus dan menjadi urat nadi transportasi serta ekonomi masyarakat Kaliadem ke kota Jogja di bawah sana.
Jip offroad hilir mudik membawa wisatawan di jalur ini, menyisakan debu yang membumbung ke udara.
Ada kalanya kami perhatikan driver bercanda dengan penumpang dari golongan muda-mudi seperti foto di bawah. Jip offroad hijau itu sengaja diparkir dalam keadaan menanjak begitu, sementara sopirnya santai saja meninggalkan penumpang yang masih ribut berteriak-teriak antara senang dan ngeri di atasnya, hahaha...

Bunker Kaliadem yang legendaris ini mudah dikenali bahkan dari kejauhan sekalipun oleh adanya landmark besar di atasnya. Mulut bunker tampak sengaja didesain mengarah ke selatan, menjauhi puncak Merapi yang sore itu tampak kokoh terselimut awan mendung di belakangnya.

Pintu besar bunker terlihat seperti foto di bawah. Terdapat beberapa anak tangga ke dasar bunker. Beton bunker tampak masih kokoh, meski mungkin secara teknis sudah tak layak pakai lagi setelah terkubur lumpur vulkanik temperatur ekstra tinggi sejak erupsi pada November 2010 hingga saat berhasil ditemukan dan digali kembali dari dari timbunan 3 m pasir Merapi pada Maret 2013. Tidak mudah memang menemukan kembali lokasi bunker yang telah menjelma menjadi dataran pasir luas, tanpa ada satu penanda apa pun mengenai letak keberadaannya ketika itu.

Ruang dalam bunker gelap dan udaranya tentu tak sesegar di luar (foto di bawah). Foto-foto yang kami ambil di dalam kurang bagus karena minim pencahayaan. Bunker ini sebenarnya cukup luas dan mampu menampung sekitar 20 orang.
Di dalam bunker ternyata terapat banyak batu besar yang sengaja dibiarkan sebagai memori erupsi 2010, juga karena nyaris mustahil memindahkan batu sebesar itu ke luar.
Mungkin ketika erupsi, material vulkanik yang masih berbentuk lumpur lunak menerobos ke dalam bunker lalu membeku di dalam menjadi batuan jumbo yang bahkan lebih besar dari ukuran pintu masuknya.
Ruang kamar mandi yang menjadi saksi bisu tragedi ketika salah seorang dari 2 relawan yang terjebak di dalam bunker meninggal di dalamnya (diduga ia sengaja masuk ke kamar mandi untuk berendam mendinginkan diri di dalam air bak) masih ada walaupun tak lagi terawat. Secara keseluruhan bunker yang sekarang tak lagi fungsional sebagai tempat perlindungan ini dibiarkan apa adanya agar dapat menggambarkan suasana pasca erupsi.

Pos 4 : Kalikuning
Pos terakhir ini sengaja dipilih sebagai destinasi pamungkas agar dapat juga sekalian membersihkan jip setelah bermandi debu menembus jalan hancur ke Kaliadem... setidaknya demikian menurut Pak Gendut.
Tadinya kami tidak begitu ngeh kita akan melakukan apa di kali berdasar batu-batu yang sekilas tampak dangkal ini. Pak Gendut ternyata langsung tancap gas menyusur aliran Kalikuning yang berbentuk tapal kuda ini.
Oww... baru paham bahwa kita diajak wet offroad menyisir penggalan kali berbentuk melingkar sepanjang sekitar 300 m sekali putar ini! OK, ternyata sangat menyenangkan!

Sudahlah, jangan pedulikan percikan air yang mengguyur pakaian atau bahkan memancar dari kolong jip yang berlubang ketika jip pada beberapa lokasi memasuki 'palung' kali berkedalaman nyaris full ban. Dua-tiga kali putaran bahkan lebih, driver akan dengan senang hati melayani permintaan kita... asalkan betah berbasah-basah saja syaratnya.
Yup... setelah sebagian pakaian basah dengan suksesnya dan jip pun kinclong terbasuh air kali yang jernih, kami kembali ke basecamp di Kaliurang. Durasi total Short Trip kami ketika itu kurang lebih 3 jam. Cukup lelah tetapi enjoy tentunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar