Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Selasa, 04 Juli 2017

Taman Tebing Breksi Sambirejo, Jogjakarta

Taman Tebing Breksi belakangan juga nge-hits di kalangan traveler Jogja. Tebing batuan kapur Breksi terletak tak sampai 1 km sebelah barat lokasi Candi Ijo. Tak heran, mengingat Breksi juga berada di ketinggian bukit Gumuk Ijo, spot ini pun menawarkan pemandangan lereng ke arah kota Jogja atau Candi Prambanan. Bedanya, Breksi adalah objek yang baru dicanangkan sebagai lokasi cagar budaya - mengingat batuan kapur Breksi secara geologis merupakan endapan abu vulkanis dari Gunung Api Purba Nglanggeran - pada Mei 2015 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X, sementara bertahun-tahun sebelumnya bukit kapur Breksi hanya merupakan tempat penambangan batu biasa saja. Perbedaan usia ini tentu tak bisa dibandingkan dengan Candi Ijo yang merupakan peninggalan kebudayaan Hindu kerajaan Mataram Kuno abad ke 10 M.  

Tiket masuk ke Taman Tebing Breksi yang dicapai dari akses Jl. Candi Ijo adalah seikhlasnya... yup, seikhlasnya... dikenakan untuk tiap kendaraan. Kami sarankan membawa payung, topi atau bahkan sunblock jika datang siang hari ke sini karena keberadaan pohon peneduh yang masih minim.

Bambu ulir rangkai dengan daun maple, detil klik di sini...
Foto di atas menunjukkan wujud Taman Tebing Breksi yang secara umum masih menunjukkan sisi vertikal bekas penambangan batu oleh penduduk di masa silam.
Ketinggian tebing bervariasi antara 10 hingga 20 m. Di bagian atas tebing yang rupanya masih memiliki lapisan tanah dangkal terlihat ditumbuhi pepohonan dan rumput. Lumayan lah sebagai peneduh, mengingat kami datang ke sana pada sekitar pukul 10.00 pagi ketika matahari mulai bersinar amat sangat terik.

Batuan di Tebing Breksi memiliki banyak sisi yang sengaja dipahat oleh para seniman lokal dengan desain beragam, terutama mengambil tema pewayangan khas Jawa Tengah. Hebatnya lagi, tangga naik-turun tebing pun dipahat dari bongkah cadas yang sama. Sungguh karya seni dan pekerjaan yang tidak main-main ini!




Beberapa pahatan seperti ular naga (foto sebelah atas) atau relief adegan perkelahian jumbo (kami perkirakan ukurannya tak kurang dari 5x3 m) seorang tokoh satria (sepertinya Bima dengan kuku pancanakanya yang khas, CMIIW) melawan raksasa di sebelah kanan tampak sudah jadi dan halus, bahkan lengkap dengan bingkai ukir sulur-sulurannya.
Namun masih tampak pula pahatan jumbo yang belum selesai seperti relief gaya wayang kulit di atas yang memperlihatkan pasangan tokoh pewayangan saling berhadapan. Tokoh satria berada di sebelah kanan, sementara sang dewi ada di kiri.   
Tak hanya membutuhkan kesabaran, keuletan, dan kerja ekstra, ukuran jumbo relief dan posisinya yang berada di ketinggian tebing vertikal pastinya cukup menyulitkan para seniman pahat ketika berkarya. Kami membayangkan mereka harus bergelantungan dengan tali harness dari atas tebing, karena sepertinya menggunakan tangga dari bawah pun amat sukar...
Kami menduga bahwa adegan relief-relief di Breksi setelah semua selesai akan menjadi rangkaian cerita yang sambung-menyambung dari satu relief ke relief lain di sebelahnya. 

Setelah mencermati struktur tebing dan relief yang sementara ini sudah ada di dinding cadas, kita bisa terus naik ke atas bukit untuk lanjut menikmati pemandangan lereng dari ketinggian. Berbeda dengan arah pandang dari dataran Candi Ijo yang lebih terfokus ke barat-selatan, bukaan panorama dari puncak Breksi lebih luas nyaris ke segala arah, kecuali mungkin ke timur yang agak terhalang sang bukit kapur ini sendiri. Foto di bawah merupakan panoramic view favorit kami yang memperlihatkan perbukitan di sebelah utara dan Gunung Merapi yang asapnya tampak tertiup angin ke arah timur. Foto di bawahnya lagi memperlihatkan pemandangan yang bisa kita nikmati ke arah barat.
Bergeser ke spot lain, kita bisa melihat Candi Prambanan dengan sangat jelas di kejauhan.





Spot lain seperti yang diperlihatkan oleh foto di atas tampak telah mulai ditata dengan adanya gapura bertuliskan 'Tebing Breksi' dengan view ke Merapi pula. 
Pengelola juga sudah menyediakan banyak banner untuk berfoto di sini. Biayanya berfoto dengan banner ini sekali lagi adalah seikhlasnya... yup, seikhlasnya...
Sayangnya seperti juga yang kami alami di pelataran Candi Ijo, waktu kedatangan kami tampaknya bukanlah waktu ideal untuk melancong ke Breksi. Mentari pagi menjelang siang bersinar terik di timur agak ke utara sehingga foto dari gapura ini akan langsung melawan arah matahari. Akibatnya foto menjadi kurang maksimal.
Waktu terbaik untuk berkunjung ke Breksi yang kami rekomendasikan adalah sore hari ketika mentari condong ke arah barat sehingga foto kita tidak lagi menantang sinarnya. Kita pun dapat mengambil pemandangan sunset mengingat bukaan arah pandang ke barat dari sini sangat luas. Waktu kunjung ideal ini sama dengan di Candi Ijo.
Kami melihat di kaki tebing sebuah amphitheater bertajuk Tlatar Seneng yang sepertinya ke depan akan mementaskan berbagai event pertunjukan di pelataran Breksi (foto di bawah). Jika dibayangkan ke depannya, Taman Tebing Breksi sebagai cagar budaya  akan memiliki beberapa jualan yang semuanya dapat disebut menu utama : pahatan kolosal di sepanjang dinding vertikal tebing, panoramic view yang menyegarkan, serta aneka pementasan budaya di teater terbuka. Mudah-mudahan pertunjukan teater ini nantinya dilengkapi pula dengan visual effect laser ke arah tebing sebagai layar raksasanya... marvelous! 


Aktivitas lain yang dapat dilakukan di sini adalah menjelajah daerah sekitar - bahkan hingga ke kawasan Candi Ratu Boko - dengan jip offroad. Fasilitas ini tersedia di sekitar area parkir, Anda bisa langsung menawar harga paket adventure ini dengan pengelola jip offroad ala Lava Tour Merapi. Biaya trip ke 3 candi di sekitar Breksi adalah Rp. 150.000. Ada juga opsi paket yang menjelajah lebih jauh @ Rp. 300.000. Tiga jip offroad yang ketika itu stand by terlihat pada foto di bawah.
Perjalanan ke Breksi kami rekomendasikan untuk disatukan juga dengan beberapa spot lain di bilangan Prambanan dan Kalasan agar efisien seperti ke Candi Ijo yang paling dekat, Candi Ratu Boko, dan Candi Prambanan. Upayakan untuk bertandang ke Breksi dan Candi Ijo sore harinya. Jika Anda berwisata dengan anak-anak, Anda pun dapat berkunjung ke Kids Fun Park, sebuah arena permainan anak ala Dufan yang cukup lengkap di pinggir Jl. Wonosari. Letak Kids Fun Parks memang tidak dekat dengan area Breksi, tetapi jika Anda datang ke sini via Jl. Piyungan (ke selatan, arah Jl. Wonosari), maka Anda akan melewati Kids Fun Parks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar