Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Rabu, 10 Januari 2018

Masjid Agung Cilegon, Tanjung Lesung, dan Pantai Anyer (Hotel Mambruk), Banten

Anggrek vas pagar set of 2 @ 150k, detil klik di sini...
Perjalanan kami kali ini tergolong amat jauh yaitu singgah ke Tanjung Lesung, lalu bermalam di Hotel Mambruk, Anyer. Pulang kembali ke rumah keesokan harinya.
Dari Bekasi kami start jalan setelah shalat subuh berjamaah di masjid perumahan (ketika itu adzan subuh sekitar pukul 04.30).
Perjalanan pagi hari Sabtu seperti itu tentunya relatif lancar sebagai mana biasa. Kami mengambil rute Bekasi Barat - Tol Dalam Kota - Tol Merak hingga keluar di Cilegon Timur, lalu mengambil jalur lama via Jl. Raya Anyer.


A. Cilegon : Masjid Agung Nurul Ikhlas
Pukul 7 lebih kami tiba di kawasan Masjid Agung Nurul Ikhlas, Cilegon yang berlokasi di Jl. Sultan Ageng Tirtayasa, sekitar 400 m arah barat laut Stasiun Cilegon di pusat kota, tepatnya di depan rumah dinas Walikota.
Masjid ini direnovasi besar-besaran pada 2008~2009 hingga berbentuk seperti sekarang dengan 4 menara khasnya (tinggi 55 m) di setiap sudut bangunan, dan kubah besar hijau ala Masjid Nabawi, Madinah al Munawwarah.


Yang unik dari masjid ini adalah ketika kami tak berhasil menemukan tempat wudhu yang biasanya berada di luar bangunan. Akhirnya kami bertanya pada seorang petugas, ternyata tempat wudhu berada di dalam masjid, tepatnya lantai basement. 
Ruang shalat berada di lantai 1, didominasi oleh karpet berwarna merah (foto di bawah). Tampak bahan marmer dinding masjid didesain berwarna grayscale yang terkesan teduh dan sejuk. Lantai 2 digunakan sebagai ruang shalat wanita, atau tambahan ketika dilaksanakan shalat Jum'at.


Masjid Nurul Ikhlas memiliki ruang terbuka gratis untuk bermain anak-anak yang walaupun tak seberapa luas namun tampak tertata. Lantai taman menggunakan material rumput sintetis, mirip Alun-Alun Bandung. Tetapi pagi itu taman ini sedang dibersihkan sehingga kami tak melihat ada warga yang beraktivitas di sini (foto di bawah).

Sayangnya masjid ini tak memiliki halaman parkir yang cukup luas, akan merepotkan saat jamaah sedang banyak. Kami memilih untuk memarkir kendaraan di jalan di belakang masjid, di mana terdapat beberapa warung makan yang pagi itu sudah buka. Jalan di depan masjid pun sudah dipenuhi oleh mobil bak/pick up sewaan yang parkir berjejer.
Selain melaksanakan shalat dhuha, kami sempat sarapan pula di salah satu warung yang berada di bagian belakang masjid ini... cukup recommended lah untuk sarapan di sini dalam perjalanan ke daerah Anyer. Sekitar pukul 9 pagi kami selesai bersantap, lalu melanjutkan perjalanan.

B. Tanjung Lesung Beach Resort
Kami sudah sangat paham bahwa butuh perjuangan dan kesabaran ekstra untuk mencapai kawasan Tanjung Lesung (+/- 230 km dari rumah kami di Bekasi)... namun tetap saja perjalanan ke sana (Cilegon via Anyer-Carita-Labuan) saat itu terasa amat laaaamaaaaaaa, seolah kita tak akan pernah sampai ke tujuan... Kami baru tiba di Tanjung Lesung Beach Resort lewat tengah hari. 
Jalur via Anyer sebenarnya memang bukanlah jalur yang paling direkomendasikan untuk menuju pantai di bagian barat Banten yang sekilas mirip bentuk ujung cula badak ini, karena jalur ini tidak lebar dan di beberapa bagiannya rusak.
Jalur paling ideal adalah exit Serang Timur-Pandeglang-Labuan. Menurut informasi dari web, jarak tempuh jalur ideal ini dari Jakarta adalah 3 jam... walaupun kami pikir pasti akan lebih lama dari itu. Otomatis, kondisi kendaraan pun semestinya prima untuk menuju Tanjung Lesung. Maka cukup jelas bahwa jarak dan waktu tempuh adalah hal pertama yang harus kita pertimbangkan sebelum memutuskan berwisata ke sini. Mungkin ini juga salah satu penyebab mengapa kami tidak melihat terlalu banyak pelancong berkeliaran di kawasan ini.
Tanjung Lesung Beach Resort berada di kawasan wisata seluas 1500 hektar dengan garis pantai total mencapai 12 km, bersama beberapa hotel berbintang lainnya seperti Kalicaa Vila Estate, The Blue Whale Sanctuary, Hotel Bay Villas, dan The Sailing Club. Kawasan wisata ini pada Oktober 2011 telah diakuisisi oleh PT Jababeka Tbk., dan pada 2012 ditetapkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) atau Special Economy Zone (SEZ).
Setelah masuk gerbang kawasan yang dijaga oleh security, mendapatkan Kartu Pass Parking (tidak perlu membayar), serta diarahkan untuk menuju pantai, kami melewati jalan bulevard utama kawasan yang lebar dengan barisan pepohonan rindang. Sebutkan tujuan kita secara spesifik agar security dapat mengarahkan menuju tujuan dan jelas apakah kita perlu membayar tiket masuk atau tidak. Ketika itu kami langsung mengatakan tujuan yaitu Restoran Tanjung Lesung Beach Resort.
Bulevard utama kawasan ini tampaknya kerap dijadikan lokasi foto pre-wedding. Saat itu saja kami melihat tak kurang dari 3 pasangan yang sedang berfoto di beberapa tempat berbeda di sepanjang jalan ini. Tak mau melewatkan kesempatan serupa, kami pun ikut menepi sejenak dan mengambil beberapa foto seperti tampak di sebelah kanan atas dan di bawah....

Tanjung Lesung Beach Resort yang berada di wilayah Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Banten ini memiliki beberapa fasilitas meliputi villa dengan budget paling murah Rp. 2,5 juta per malam, restoran, kolam renang, dan pantai. Kami ketika itu melakukan reservasi restoran saja, sehingga mesti membeli tiket tersendiri untuk berenang di kolam renangnya @ Rp. 60.000/orang. Petugas akan meminjamkan handuk sejumlah tiket kolam renang yang kita beli..
Penataan area villa menurut kami sangat baik. Kebersihannya pun amat terjaga.
Jalan setapak dalam area villa ini cukup menarik karena tampak sengaja disemen dengan mozaik potongan-potongan karang yang disusun dengan rapi... menarik!
Gerbang pembatas area villa dengan pantai terlihat pada foto di sebelah kanan, sementara view kawasan villa secara keseluruhan ditunjukkan oleh foto di bawah.
Area pantai di resort ini secara umum tidak bertekstur pasir halus, melainkan berbutiran pecahan karang atau cangkang hewan laut berukuran cukup besar. Di beberapa tempat bahkan garis pantai dibatasi oleh bongkahan karang. Mungkin di beberapa spot terdapat pula garis pantai dengan pasir halus yang nyaman dipakai bermain air, tetapi kami siang itu qadarullah tidak melihatnya di area ini.
Meskipun demikian, sekali lagi landscaping garis pantai di resort ini tampak digarap dengan baik dan rapi sehingga tetap saja secara umum kawasan pantai yang berjarak hanya sekitar 30 km arah tenggara Gunung Krakatau ini menarik untuk dijelajahi. Kita bisa bebas berfoto selfie atau mungkin sekedar membasahi kaki dengan air laut di beberapa spot yang sudah difasilitasi dengan landmark dan beragam objek lain oleh pengelola.


Pantai berair jernih di Tanjung Lesung Beach Resort ini menghadap utara sehingga tentunya bagi Anda yang ingin berburu sunrise atau sunset maka waktu terbaik untuk berkunjung ke sini adalah pada periode Maret-September ketika matahari berada di belahan bumi utara. Pada periode ini kita bisa berharap medapatkan momen matahari terbit atau terbenam tepat dari atas garis permukaan laut. 

Mungkin belum banyak yang tahu juga bahwa hanya sekitar 4 km di sebelah barat KEK Tanjung Lesung - tepatnya di lingkung wilayah Teluk Lada - terdapat sebuah pulau wisata kecil bernama Pulau Liwungan. Pulau tak berpenghuni seluas sekitar 10 hektar ini terus dikembangkan menjadi spot wisata yang menarik oleh masyarakat setempat. Anda yang berminat berkunjung ke pulau ini - atau untuk menyewa homestay dengan harga lebih nyaman di kantung - dapat mencoba jasa lesungadventure(dot)com dengan paket wisata Pulau Liwungan seharga Rp.150 ribu-an per orang.

2 pemandangan pantai di Tanjung Lesung Beach Resort (atas)

Pengelola menyediakan beberapa landmark yang di antaranya cukup lucu untuk berfoto (atas)

Fasilitas andalan Tanjung Lesung Beach Resort adalah kolam renangnya yang luas dan dirancang dengan indah. Air jernih kolam renang yang berada tak jauh dari garis pantai ini tentunya dapat menjadi tempat bersantai yang menyenangkan...

Restoran Tanjung Lesung Beach Resort menyediakan aneka jenis menu dengan harga di kisaran Rp. 40.000 ~ 60.000-an per porsi (foto di bawah). Cukup reasonable untuk ukuran restoran hotel bintang 4. Rasa menu makanan di sini terkategori lezat. Es krim cup dijual di restoran ini seharga Rp. 10.000/cup (di toko sih cuma sekitar Rp. 3000-an).

Dari sini Anda bisa menimbang-nimbang apakah di daerah 'cula badak' ini Anda akan pergi ke beberapa spot di KEK (seperti Beach Resort ini) dengan budget free entrance + makan siang @ Rp. 50 ribu-an per orang; atau ke Tanjung Lesung Beach Club yang berada tak jauh dari Beach Resort dengan budget tiket masuk Rp. 40.000/orang belum makan siang. Tanjung Lesung Beach Club adalah lokasi pantai wisata populer bagi wisatawan yang hanya ingin bersantai cantik menikmati keindahan pantai tanpa menginap. Jika Anda ingin ke Beach Club, rute yang ditempuh adalah sama-sama harus masuk ke KEK Tanjung Lesung, tetapi Anda harus belok kanan di bundaran ke-4 (ada panah penunjuk arah ke Beach Club), sedangkan untuk menuju ke Beach Resort (dan juga Kalicaa, Blue Whale, dll.) kita masih terus di bundaran ke-4 ini.
Please note bahwa di website lain kami mendapdtkan informasi bahwa saat masuk ke KEK Tanjung Lesung (mendapatkan Kartu Pass Parking) kita akan dikenai retribusi parkir Rp. 5000/mobil. Tetapi saat kami masuk kami tidak dikenakan biaya Rp, 5000 ini. Tidak tahu pasti sih mana yang benar.... tapi jika membayar pun maka selisih retribusi parkir ini tidak terlalu signifikan.

Satu catatan kami dari Beach Resort ini adalah mushala yang amat buruk. Dari lokasi resepsionis depan / parkiran mobil kita harus menggunakan kendaraan untuk menuju mushala yang memang letaknya jauh. Kebersihan dan fasilitas mushala pun masih jauh dari standar nyaman... Setelah melaksanakan shalat zuhur jamak qashar dengan Ashar, sekitar pukul 14.30 kami meninggalkan KEK Tanjung Lesung menuju Anyer.
Catatan lain adalah kami tidak melihat ada ATM di sini. Lebih baik persiapkan uang cash sebelum berkunjung ke kawasan ini.

C. Anyer : Hotel Mambruk 
Butuh lebih dari dua setengah jam berpacu di rute Tanjung Lesung - Labuan - Anyer hingga tiba di Hotel Mambruk sekitar pukul 17 lebih sore itu (kami tersendat cukup lama di pasar Labuan). Ini adalah kali pertama kami menginap di Mambruk yang berkonsep villa / cottage.
Sore itu masih banyak tamu hotel yang beraktivitas di seputaran pantai dan kolam renang. Pantai berpasir halus di Mambruk menurut kami sangat baik dan aman bagi anak-anak sekali pun karena ternyata terdapat dinding karang yang membatasi pantai dengan laut lepas. Dinding karang ini tentunya membuat area yang ditandai oleh landmark Seapool ini benar-benar bagaikan kolam berombak lembut (foto sebelah kiri).
Anak-anak tentunya tak menyia-nyiakan momen ini untuk segera berbasah-basah bermain air dan pasir pantai yang lembut (foto sebelah kanan).
Kolam renang hotel yang dibangun di bibir pantai menyajikan pemandangan laut yang menawan, apalagi jika sunset sedang bagus. Sayangnya mentari terbenam sore itu tampak biasa saja meski sebelumnya sang surya bersinar cukup terik (foto di bawah).
Sebelum adzan maghrib berkumandang kami sudah bersih-bersih dan bergerak menuju ke cottage.

Pemandangan dari pantai ke daratan diperlihatkan oleh foto di bawah. Kolam renang tampak dibatasi oleh dinding batu alam berwarna abu-abu gelap. Bangunan beratap model limasan di sebelah kanan adalah restoran hotel. Sarapan disajikan di sini.

Jika kita memandang ke arah kanan (utara) dari pantai Mambruk, kita akan dapat melihat Mercusuar Cikoneng yang terkenal itu. Kavling tempat mercusuar berada yang dikelola oleh Ditjen Perhubungan Laut (Hubla), Kementerian Perhubungan ini memang tepat berada di sebelah utara kavling Hotel Mambruk.
Mercusuar tua setinggi sekitar 75m ini (foto sebelah kanan dan kiri) sudah ada sejak jaman kolonial Belanda dan masih difungsikan hingga saat ini. Jadi jika malam hari kita berjalan-jalan di pantai Mambruk, kita dapat melihat cahaya lampu mercusuar ini berputar-putar sebagai penanda lokasi daratan bagi kapal-kapal. Menarik sekali!
Pintu masuk kavling Ditjen Hubla ini hanya berjarak sekitar 200m dari gerbang Mambruk. Tamu Mambruk bisa berjalan kaki saja ke sana, terutama saat area parkir mercusuar sedang penuh.
Meski sudah tua, sebenarnya mercusuar ini adalah mercusuar yang dibangun belakangan setelah mercusuar yang sebelumnya sudah ada di daerah ini rusak berat akibat letusan Gunung Krakatau. Pemerintah kolonial ketika itu merubuhkan mercusuar lama yang rusak berat, lalu membangun Mercusuar Cikoneng yang ada hingga sekarang tak jauh dari lokasi mercusuar lama. Lokasi mercusuar lama yang sudah dirubuhkan ini kini ditandai oleh landmark Titik Nol Anyer.
Kita bisa masuk ke lokasi mercusuar dengan membayar tiket seharga Rp. 30.000 per mobil pribadi, atau Rp. 5000 per orang jika kita datang naik kendaraan umum. Namun karena mercusuar ini memang sudah tua, saat ini pengunjung hanya boleh naik hingga ke lantai 3, di mana hanya terdapat sebuah jendela besar untuk mengambil foto pemandangan sekitar. Kita tidak bisa lagi naik hingga ke lantai 17 mercusuar seperti dulu karena alasan keselamatan.


Dari pantai menuju cottage yang sudah kami booking sebelumnya kami melewati landmark Tugu Mambruk (foto sebelah kiri) dan lapangan yang cukup luas, yang tentunya bisa digunakan untuk aktivitas outbound atau outing lain.
Sekilas mengamati kondisi cottage tipe villa 2 kamar tidur yang kami tempati, kesan old memang cukup kentara. Meski tampaknya pengelola sudah melakukan segala hal untuk merawat bangunan, tetap saja kondisi keramik lantai, dinding, pintu dan plafon tampak menua dan butuh renovasi di beberapa titik.
Secara umum Mambruk menyediakan beberapa tipe cotage meliputi Deluxe Room 1 kamar tidur (KT) seharga Rp. 1.050.000/malam. Tipe Suite garden view 1 KT dengan ruang tamu (RT) dan teras seharga Rp. 1.750.000/malam. Tipe Villa garden view 2 KT, RT, ruang makan (RM), dapur, teras seharga Rp. 1.900.000/malam seperti yang kami tempati ketika itu. Kemudian ada tipe Residenve sea view 2 KT, RT, RM, teras seharga Rp. 2.900.000/malam. Terakhir ada tipe Lanais atau Duplex 1 KT twin bed, RT, RM, balkon seharga bervariasi antara Rp. 750.000 hingga Rp. 900.000/malam. Mohon diperhatikan bahwa harga-harga yang kami cantumkan bisa berubah sewaktu-waktu.

Foto di dalam villa dari area mini bar ke arah ruang makan

Foto ruang tamu dengan sofa berupa bantal yang fleksibel dan dapat difungsikan untuk tidur juga. Tampak keramik lantai merah yang di banyak tempat sudah memudar warnanya karena menua.

Teras villa saat malam hari. Terdapat kursi set di teras ini. Dari villa kami tidak terdengar debur ombak di malam hari, mungkin karena jaraknya cukup jauh. Makan malam mudah dicari di luar hotel, banyak pedagang makanan/restoran di sepanjang Jl. Raya Anyer hingga jauh malam sekali pun.

Pemandangan area bangunan resepsionis depan setelah waktu shalat subuh keesokan harinya. Ketika itu mendung, kami sempat berjalan santai ke luar area Mambruk menuju arah mercusuar. Sayang kemudian gerimis turun sehingga kami buru-buru kembali ke kamar. Qadarullah kami kembali tidak berhasil berburu sunrise yang bagus pagi itu...

Setelah sempat diguyur hujan sedang hingga sekitar pukul 6.30, hujan pun berhenti. Kami kembali berjalan santai ke luar villa, kali ini ke arah pantai yang pagi itu masih tampak muram berselimut mendung. Pasir pantai basah terasa dingin di telapak kaki. Tampak jelas dinding karang yang membatasi Seapool saat laut surut pagi itu. Semakin surut air laut, tampak wujud asli karang tersebut sebenarnya bukan hanya berupa dinding tipis, melainkan dataran yang cukup luas. Tampak pula 2 atau 3 orang pencari ikan setempat berkeliaran di sekitar dinding karang sambil membawa peralatan mereka. Beberapa kali kami lihat mereka berhasil menangkap sejenis gurita kecil yang mungkin memang tinggal di sekitar karang.

Alhamdulillah semakin siang cuaca beranjak cerah, anak-anak pun kembali riang bermain air di kolam dan di pantai. Mereka tak henti berpindah-pindah lokasi antara keduanya. Kolam renang di sini cukup luas dan kedalaman kolam dalamnya pun tergolong masih aman untuk anak usia SD (foto sebelah kiri), walaupun tetap harus diawasi oleh orang dewasa. 
Kolam dangkal untuk anak balita terdapat di depan bangunan restoran. Ukuran kolam dangkal ini jauh lebih kecil ketimbang kolam yang lebih dalam.
Mendekati pukul 9 kami baru bersantap pagi, setelah sebelumnya mandi dan bersih-bersih dulu dari kolam renang. Rasa makanan restoran Mambruk ini terkategori lezat dan menunya pun bervariasi.

Semakin siang laut tampak kian surut. Batas muka air sudah bergeser jauh ke arah laut. Banyak gundukan karang yang sebelumnya terendam kini terlihat (foto di atas). Meski demikian bermain air di pantai Mambruk masih sangat nyaman karena area berpasir halusnya luas. Di kejauhan tampak spot selfie populer berbentuk haluan kapal berwarna biru.
Mendekati waktu checkout, kami pun meninggalkan area hotel, pulang kembali ke Bekasi...

Info : Biaya transportasi Bekasi-Tanjung Lesung PP (2018 awal) kurang lebih sbb. :
Tol sekali jalan : Bekasi-Cawang = Rp. 4500 ; Cawang-Tomang = Rp. 9500 ; Tomang-Cikupa = Rp. 7000 ; Cikupa-Cilegon Timur = Rp. 34.000. Total = Rp. 55.000.
Konsumsi BBM sekali jalan kurang lebih 230km/10km/l = 23 liter (asumsi mileage 10km/l). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar