Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Selasa, 08 Mei 2018

Jalan-Jalan 2 Hari di Kuala Lumpur : D1 @ Batu Caves, Genting Highland & Colmar Tropicale

Kami sekeluarga berkesempatan melancong ke Kuala Lumpur (KL) dan sekitarnya pada akhir April 2018. Setelah mempelajari situasi dan berkaca pada pengalaman traveller lain, secara umum jadwal yang kami rencanakan adalah sbb. :

Hari pertama (H1) :
* Penerbangan Soekarno Hatta - KLIA2 (5.10-8.15), note waktu Malaysia adalah 1 jam lebih cepat dari WIB, meski pun sebenarnya posisi mataharinya sama dengan Pekanbaru, Riau;
* Sarapan di KLIA2 (9:00~9:45);
* Berkunjung ke Mitsui Outlet Park (MOP) @ Sepang pukul 10:00 dengan bus shuttle gratis KLIA2 -> KLIA -> MOP, explore area MOP;
* Perjalanan ke arah Genting pukul 12:00 dengan mobil rental, bertemu driver di MOP;
* Singgah explore area dan photo stop di Batu Caves pukul 13:00~13:30;
* Tiba di Genting Highlands Premium Outlets (GHPO) pukul 14:15, shalat zuhur-ashar di mushalla GHPO, explore area;
* Naik kereta gantung (cable car) sekali jalan dari Lower Station Awana SkyWay GHPO, melewati Awana SkyWay Chin Swee Temple Station, ke atas hingga turun di  Awana SkyAvenue Resort World Station pukul 14:30~14:45;
* Makan siang di DC Super Heroes Cafe pukul 15:00~16:00;
* Masuk ke Snow World Genting pukul 16:15~17:00;
* Turun ke Chin Swee Temple, explore area & photo stop pukul 17:15~17:30;
* Tiba di Colmar Tropicale pukul 18:00.

Bambu ulir daun maple oranye rangkai (dengan vas kayu 45cm), detil klik di sini...  

Persiapan Sebelum Keberangkatan :
Pastikan kita membawa tusuk kontak listrik model kaki-3 (UK type, mungkin karena Malaysia seperti juga Singapura adalah negara persemakmuran Inggris) seperti foto di bawah. Saran kami jangan membeli tusuk kontak yang terlalu murah/ringkih bahannya agar tidak menyulitkan kita selama bepergian. Model tusuk kontak set of 3 seperti contoh foto di bawah cukup kami rekomendasikan karena praktis, kompak, dan fungsional. Harganya pun tidak terlalu mahal.

Selain tusuk kontak, jangan lupa pula membawa kabel data agar kita dapat mengisi ulang batere HP di mobil, pesawat, bandara, atau tempat lain yang menyediakan outlet USB.

Opsi transportasi selama di KL sebenarnya cukup banyak. Anda bisa menyesuaikan dengan kebutuhan. Untuk kasus keluarga kami yang berjumlah 5 orang dengan bawaan masing-masing 1 tas ukuran cabin baggage dan 1 tas kecil, kami perlu mempertimbangkan kemungkinan bahwa 1 taksi bisa jadi tidak muat. Memilih trasnportasi umum pun bisa jadi jatuhnya lebih mahal karena kami berlima, beda tentunya jika kita bepergian sendiri di mana trasnportasi umum hampir pasti lebih murah dan nyaman.

Jika Anda memilih menggunakan kendaraan umum dari bandara KLIA2 ke Colmar, maka perincian per orangnya sbb. :

* Naik kereta KL Ekspres dari stasiun KLIA2 langsung ke KL Central yang ada di tengah-tengah Kuala Lumpur (waktu tempuh normal sekitar 35 menit) seperti yang diperlihatkan oleh foto di sebelah kanan : RM 55
Bisa juga naik bus (Aerobus atau SkyBus) dari KLIA2 ke KL Central : RM 11. Tapi karena menurut informasi waktu tempuh via bus agak lama (normalnya 75 menit, tapi bisa lebih jika lalu lintas sedang agak macet), opsi ini kami kesampingkan dulu.
* Naik taksi atau monorel dari KL Central ke Berjaya Times Square (jarak +/- 5km, tetapi lalu lintas cukup padat di sekitar Berjaya Times Square) : kami tidak tahu pasti berapa biayanya, katakanlah RM 10
* Naik shuttle bus (lebih tepatnya seukuran ELF lah) dari Berjaya Times Square ke Colmar Tropicale seperti gambar di bawah : RM 60 PP (jadi pulang dari Colmar sudah gratis). Bagi Anda yang sudah melakukan booking hotel Colmar, Anda dapat melakukan booking shuttle online sebelumnya. Tetapi jika Anda hanya berniat pulang hari ke Colmar, maka tidak disarankan untuk beli mendadak karena armadanya sedikit. Bisa-bisa kita tidak kebagian tiket.

Tiket shuttle bus ini dijual di sebuah kantor di lantai 8 Berjaya Times Square (foto gedung di kanan atas). Setiap hari hanya tersedia 4 kali shuttle yaitu pukul 9:30, 12:00, 15:15, dan 15 (jadwal pada foto kiri atas). Tapi ingatlah bahwa kantor penjualan tiket ini tutup di hari Ahad, sehingga jika Anda hendak naik shuttle ke Colmar pada hari Ahad, maka Anda harus melakukan booking via telepon +60(3)21491788 paling lambat pada hari Sabtunya. Sedangkan jadwal kembali dari Colmar ke Berjaya Times Square adalah pukul 8:00, 10:45, 16:00, dan 19:30.
Dari hitung-hitungan di atas, sekali jalan KLIA2 ke Colmar butuh kurang-lebih RM 90. Karena kami berlima, maka total sudah RM 450. Beda jika Anda bepergian sendiri, tentunya opsi kendaraan umum ini paling murah.

Keluarga kami akhirnya memilih opsi rental mobil (Toyota Avanza) selama 2 hari dengan total budget RM 900, sudah include bensin, tol dan driver. Rinciannya sbb. :

* H1 : pick up at Mitsui Outlet Park (Sepang) pukul 12:00 -> mampir photo stop ke Batu Caves yang memang kita lewati dalam perjalanan ke Genting Highlands -> Resort World Genting -> drop off di Colmar Tropicale (area Bukit Tinggi, Berjaya Hills) pukul 18:00.

*H2 : pick up at Colmar Tropicale pukul 13:00 -> Bukit Bintang -> Dataran Merdeka -> Pasar Seni -> Menara Kembar Petronas -> drop off di Hotel EV World Kota Warisan (sudah dekat dengan bandara KLIA2) pukul 21:00.

Opsi ini kami nilai lebih sesuai dan nyaman dengan kebutuhan kami yang bepergian dalam jumlah relatif besar bersama anak-anak. Kami pun jadinya bisa singgah di Batu Caves dalam perjalanan naik ke Genting (dataran tinggi seperti Puncak lah kalau di sini) dan banyak tempat lainnya yang kami lalui dalam perjalanan.
Driver kami saat itu adalah mahasiswa asal Indonesia (tepatnya Jogja, walah... ketemu orang sekampung) yang sedang mengambil program magister di Universitas Islam Antar Bangsa Malaysia (UIAM). Bepergian selama 2 hari itu pun relatif terasa lebih nyaman karena Mas driver kami alhamdulillah sangat helpful dan sepanjang jalan mau menjelaskan serbaneka informasi tentang tempat-tempat yang kami lewati.
Sebenarnya kami sempat galau antara menginap di Colmar atau kawasan Bukit Bintang saja. Rencana awal adalah hanya explore dan photo stop saja di Colmar, lalu kembali ke KL. Dengan opsi ini sebenarnya budget rental mobil bisa turun ke RM 700 saja, karena praktis pada hari kedua driver tidak perlu naik lagi ke dataran tinggi Colmar di luar kota KL. Jika kami menginap di KL, maka rencana hari kedua hanya pick up di Bukit Bintang, KL city tour, lalu drop off di dekat bandara.
Tapi kemudian kami memilih menginap di Colmar. Tak apalah lebih mahal sedikit, toh mungkin stay di Colmar adalah kesempatan once in a lifetime...

Partisi anggrek bulan bahan kain, detil klik di sini...


Nomor kontak rental mobil kami saat itu adalah +60 16-605 9078 dengan Ibu Nita (orang Indonesia juga yang saat ini bermukim di KL). Kami sudah melakukan booking rental mobil ke Ibu Nita sekitar sebulan sebelum Hari-H. Uang muka tanda jadi 30% bisa transfer dalam rupiah ke rekening bank, sementara sisanya dilunasi dalam RM ke driver. Pada prinsipnya Ibu Nita sangat fleksibel kok...
Anda boleh memulai.chat dengan Assalamu'alaykum, lalu katakan saja ke Ibu Nita bahwa Anda memperoleh info kontak dari blog PDL-Jogjanya Ibu Aneng...

Persiapan lain menjelang keberangkatan adalah packing. Kami biasanya membungkus setelan pakaian per hari masing-masing dalam satu kantung plastik (foto di samping kanan) agar saat membuka tas kita bisa langsung mengambil pakaian hari tertentu saja tanpa mengganggu hari lainnya.
Pakaian kotor kemudian bisa dibungkus lagi dengan kantung plastik masing-masing hari, tanpa mengotori pakaian bersih hari berikutnya.

Akhirnya tiba hari keberangkatan!!! Kami memilih pesawat pukul 5 pagi dari T3 Soetta agar tiba di KLIA2 saat masih pagi pula. Mendarat di KLIA2 dengan selamat alhamdulillah, kami segera menuju pos imigrasi bandara. Seperti juga di T3 Soetta, di KLIA2 pun tersedia water dispener gratis. Anda bisa membawa botol kosong saja dari rumah, lalu mengisinya di sini.
Mungkin harga sebotol air mineral 600-an ml di Malaysia sih tak jauh berbeda dengan di Indonesia (1 RM sekitar Rp. 3500). Tapi di Singapura bisa jadi hal ini sangat menghemat karena sebotol air mineral seharga 1 SGD setara Rp. 10rb-an.
Sempat celingukan mencari kertas form imigrasi karena ketika itu merupakan kali pertama kami melancong ke Malaysia. Tapi kemudian seorang staf imigrasi KLIA2 menjawab "tak payah" ketika kami bertanya.
OK, ternyata imigrasi di KLIA2 sudah tak lagi mempersyaratkan form imigrasi tertulis. Kita cukup datang ke counter imigrasi membawa paspor, lalu melakukan pendataan sidik jari telunjuk kanan-kiri di sana.

Selesai dari imigrasi bandara, kami mencari kedai Nyonya Colors KLIA2 yang menurut informasi berada dekat kedai McD, dan menyajikan menu-menu sarapan khas dengan harga cukup ramah di kantung. Kedai Nyonya Colors tampak seperti foto di bawah...

Ketika itu kami mencoba Laksa Kuning (RM 14.3) dan Paket Nasi Lemak Pandan - Milo hangat (RM 6.9) seperti foto di bawah. O iya, bahasa yang digunakan di sini tentunya bahasa melayu, tak akan masalah bagi pengunjung dari Indonesia. Ibaratnya kita bepergian di dalam negeri saja.

A. Mitsui Outlert Park (MOP), Sepang
Setelah rampung sarapan, kami tinggal mengikuti petunjuk arah 'Servis Bas ke Mitsui Outlet Park', terus ke arah luar bandara, lalu turun ke lantai bawah. Shuttle bus warna kuning (foto di samping kanan) ke MOP tersedia di area B-09 dengan jadwal kedatangan setiap 20 menit sekali.
Di seberang jalan dari area B-09 ini terdapat Tune Hotel KLIA2 yang bisa juga dipilih oleh Anda yang butuh menginap dekat bandara.
Dari KLIA2 bus akan menuju KLIA dulu (sekitar 5 menit perjalanan bus saja), baru kemudian bertolak ke MOP yang berjarak sekitar 6km ke arah utara bandara dan ditempuh dalam waktu 10 menit lebih. Ketika itu tak banyak penumpang lain yang naik bersama kami, mungkin karena memang sedang low season.


MOP merupakan factory outlet 2 lantai yang menawarkan produk dari brand-brand upper-middle hingga high-end yang biasanya sudah mendekati off season (hampir melewati periode penjualannya) dengan diskon yang menarik bagi pengunjung. Ketika itu kami tiba di MOP sekitar pukul 10:30. Tidak banyak pengunjung lain yang ada di dalam saat itu (foto di bawah).

Sebagai outlet hasil kerjasama Mitsui Fudosan dan Bandara Malaysia, MOP menghadirkan cita rasa Jepang lewat keberadaan Japanese Specialty Store (Japan Avenue) yang secara periodik memperkenalkan budaya, seni, musik, dan kuliner Negeri Matahari Terbit. 
Mitsui Fudosan sendiri merupakan sebuah perusahaan pengembang real estate dan properti Jepang yang memiliki reputasi baik.
Akhirnya setelah menjelajah MOP, Dinda memperoleh Skechers dan Abid dengan New Balance-nya.
Sekitar pukul 12, alhamdulillah Mas Zaki driver kami sudah tiba di MOP. Setelah berkomunikasi via WA (MOP full wifi), kami pun naik ke Avanza putih yang tak lama kemudian sudah melaju di jalan raya menuju kawasan dataran tinggi Genting.

B. Batu Caves
Mas Zaki mengambil rute jalan raya melewati kawasan Cyberjaya, simpang ke Putrajaya, Stadion Bukit Jalil, terus ke utara hingga keluar ke parkiran Batu Caves yang berada di sebelah kiri Jalan Raya Lingkaran Tengah 2 ini. Butuh waktu sekitar 1,5 jam berkendara di jalan raya yang lancar jaya ketika itu dari MOP di bilangan Sepang ke kuil Hindu di daerah Gombak, Selangor ini.
Batu Caves dipahat di dalam sebuah tebing cadas. Terdapat 272 anak tangga beton untuk naik ke dalam kuil yang berada di dalam 3 buah gua utama di dalam tebing.
Batu Caves memperoleh namanya dari Sungai Batu yang mengalir melewati kawasan perbukitan cadas ini.
Patung dewa Hindu Murugan raksasa berwarna keemasan setinggi 42,7m yang berada di sini merupakan patung Dewa Murugan tertinggi di dunia. Masuk ke area parkir untuk ber-photo stop di pelataran berlatar belakang patung raksasa saja tidak dipungut biaya. Hanya parkir mobil 2 RM saja bagi yang membawa kendaraan.
Jika kita hendak naik ratusan anak tangga itu ke gua-gua di mana kuil berada, maka kita harus melewati gerbang (ketika kami berkunjung sedang dilakukan renovasi pada gerbang ini sehingga tampak bagian atasnya masih ditutupi plastik (foto sebelah kiri).
Di sini terdapat loket tempat kita harus membayar donasi yang tidak ditentukan jumlahnya oleh petugas. Donasi itu akan dimanfaatkan untuk kepentingan kuil dan peribadatan.
Kami tidak  masuk ke dalam karena pada siang hari sepanas itu pastinya sangat melelahkan jika harus mendaiki ratusan anak tangga.
.  
Pelataran Batu Caves dihuni oleh ratusan burung merpati yang beterbangan bebas. Sepertinya seluruh pengunjung menyempatkan berfoto bersama burung-burung merpati jinak ini.

Setelah berkeliaran di seputar pelataran, anak-anak ribut mencari minuman dingin karena ketika itu panasnya memang cetar membahana. Minuman dingin dijual antara 1 ~ 3 RM-an, setara lah dengan di Bekasi. Nangka agak mahal, 10 RM satu tempat plastik. Suvenir juga relatif agak mahal, lebih baik berbelanja nanti di KL saja. 


Setelah ngadem sejenak di salah satu kedai minum yang berada di sebelah kanan pelataran, kami pun kembali ke mobil untuk meneruskan perjalanan ke Genting.
Setengah jam lebih kami berada di area Batu Caves. Jika Anda berminat untuk naik melihat kuil-kuil suci umat Hinda di dalam tebing batu cadas yang terletak sekitar 100m di atas pelataran ini, Anda akan membutuhkan waktu sektidaknya dua jam. Namun seharusnya itu akan terbayar salah satunya dengan pemandangan ke arah kota KL dari ketinggian. KL sendiri berada sekitar 13km di sebelah selatan Batu Caves.


C. Genting Higlands Premium Outlet (GHPO) dan Kereta Gantung Awana SkyWay
Butuh waktu setidaknya 45 menit berkendara di jalan tol dari Batu Caves ke GHPO yang ternyata sudah termasuk wilayah Pahang. Kondisi jalan tol di sini amat nyaman dibanding tol jakarta-Cikampek versi 2018 hingga 2019 yang alamak macet sangat nye tak kenal waktu! Tidak tampak sama sekali ada kepadatan kendaraan seperti foto di bawah.
O iya, sama seperti di Indonesia dan Thailand, kendaraan berjalan di sisi kiri jalan raya di Malaysia dan Singapura. Mobil pun didesain dengan setir kanan.
Begitu pun menurut Mas Zaki pada akhir pekan sesekali terjadi kemacetan juga di jalan raya utama dari KL ke kawasan pantai timur Semenanjung Malaysia ini karena truk-truk besar yang berjalan perlahan di trek pegunungan berkontur naik-turun ini.
Sama seperti di Indonesia, sesekali ada saja sih truk yang terguling karena kelebihan muatan atau kesalahan pengemudi lainnya. 
Menurut Mas Zaki, ia pernah membawa pelancong dari Indonesia juga yang berbelanja cukup banyak barang-barang branded di GHPO dengan harga lumayan murah. Konsepnya kurang lebih sama dengan Mitsui, yaitu dengan menawarkan diskon yang cukup besar. Tapi karena kami sudah belanja sebelumnya di Mitsui Outlet Park, maka kami sebenarnya hanya ingin naik kereta gantung saja dari stasiun bawah Awana SkyWay di area GHPO ke stasiun paling atas di SkyAvenue Resort World Genting.

Pertama-tama kami shalat dulu di mushalla GHPO. Air wudlu di sini sudah terasa dingin, mirip-mirip di Puncak memang. Mushalla wanita terpisah dengan pria. Masing-masing memiliki pintu masuk sendiri.
Setelah shalat, sambil naik ke stasiun Awana SkyWay di lantai paling atas GHPO, kami sekilas melihat-lihat isi 3 lantai bangunan GHPO, tempat di mana sekitar 150 outlet stores berjejal di dalamnya. Adidas, Aigner, Calvin Klein, Hugo Boss, Reebok, Skechers, Samsonite, Swatch, dll bisa dijumpai di sini.

GHPO berkonsep semi outdoor seperti foto di bawah. Menurut informasi, jika kabut sedang turun, maka kabut akan masuk ke sela pertokoan, bahkan hingga ke dalamnya. Wah, pasti udara lebih deingin saat itu dibandingkan ketika kami berkunjung.




Papan petunjuk arah ke Awana SkyWay Station sangat jelas di sini. Kami tinggal mengikuti saja, terus ke lantai atas gedung.
Tiba di loket pembelian tiket, kami jumpai tak banyak pengunjung. Kita bisa langsung membeli tiket di mesin-mesin yang berada di sana.
Foto di sebelah kiri atas sebenarnya mesin penjualan tiket yang ada di stasiun atas Resort World, kami lupa memotretnya saat ada di stasiun bawah. Tapi mesinnya pada dasarnya sama saja.
Kita tinggal mengikuti perintah yang muncul pada display mesin : pilih jenis gondola, jumlah tiket yang akan kita beli, lalu masukkan saja uang kertasnya ke dalam mesin. Tadaaa... 5 lembar tiket  cable car standar seharga masing-masing 8 RM pun keluar dari dalam mesin (foto sebelah kanan atas).
Setelah mendapatkan tiket, kita bisa langsung masuk ke dalam, menuju kabel di mana gondola tertambat. 

Pada foto di sebelah kiri terlihat bahwa lorong antrian saat itu kosong melompong, sehingga kami bisa lancar jaya langsung menuju area cable car. Menurut informasi, pada setiap akhir pekan tentunya antrian ke gondola ini cukup panjang dan mengular. 
Untungnya dari yang kami lihat sendiri, jumlah gondola yang tersedia banyak, sehingga kita sepertinya tidak perlu terlalu lama menunggu. Dari data, tersedia 99 unit gondola standar seperti yang kami naiki dan 10 unit gondola khusus yang memiliki lantai dari kaca sehingga kita bisa melihat langsung ke bawah, ke arah hutan hujan purba yang sudah ada sejak 130 juta tahun silam (tiket gondola kaca RM 50/orang). Bahkan staf Awana tampak sengaja menyisipkan sebuah cable car kosong setiap mengisi 2 atau 3 gondola berpenumpang. Belakangan kami pikir hal ini adalah agar penumpang yang hendak naik dari Stasiun Kuil Chin Swee juga memperoleh kesempatan naik ke cable car.
Stasiun Chin Swee sendiri berada di pertengahan antara stasiun bawah di GHPO dan stasiun atas di Resort World.

Dalam hitungan menit saja kami sudah naik ke dalam sebuah cable car Awana berwarna merah. Kapasitas tiap gondola adalah maksimal 10 orang. Menurut informasi, sistem kereta gantung Awana dapat mengangkut hingga 3600 orang per jam. Kami berlima ketika itu naik ke cable car bersama 2 orang turis China yang sepanjang perjalanan sekitar 15 menit ke atas diam saja... sementara anak-anak kami terus berceloteh riang. 
Dibandingkan kereta gantung Taman Mini, sepertinya kapasitas gondola Awana ini sedikit lebih besar. Namun prinsip kerjanya kurang lebih mirip.
Foto di sebelah kiri menunjukkan pemandangan dari cable car ke arah atas. Kuil Chin Swee tampak di puncak bukit di sebelah kanan kabel baja yang merentang ke atas.
Sementara foto  di sebelah kanan menunjukkan Abid memandang ke arah luar beberapa saat setelah melewati Pagoda Chin Swee.
Seperti yang kami singgung di atas, pada sekitar setengah perjalanan dari GHPO, gondola akan berhenti sejenak di Stasiun Kuil Chin Swee. Penumpang yang hendak turun di sini bisa keluar dari cable car.
Ingatlah untuk menyimpan baik-baik tiket gondola jika hendak singgah sejenak di Chin Swee, karena tiket yang sama dapat digunakan untuk meneruskan perjalanan ke stasiun terakhir di Resort World dengan gratris. Ketentuan ini berlaku baik pada perjalanan naik seperti kami saat itu, atau perjalanan turun ke GHPO. Tetapi kami yang akan naik hingga stasiun paling atas tidak perlu turun di Chin Swee.
Laju gondola Awana yang mencapai 6m/detik pada beberapa titik memang terasa cukup kencang. Tetapi menurut informasi, jika cuaca sedang buruk maka laju cable car akan dikurangi agar tetap aman bagi penumpang. Bahkan menurut Mas Zaki ia mengetahui saat hujan angin bertiup amat kencang, sistem gondola akan dimatikan hingga cuaca kembali kondusif. Selama hujan angin maka mau tak mau penumpang akan tetap diam tergantung di kabel baja berdiameter 6cm ini selama beberapa saat.
Foto di sebelah kiri ke arah bawah sepertinya dapt lebih jelas menunjukkan tingginya sudut tanjak sistem kereta gantung Awana yang membentang sekitar 2800m dari stasiun bawah hingga SkyAvenue di atas.
Selain melewati Pagoda Chin Swee, sesekali cable car juga melintas di atas jalan raya menuju Genting World Resort yang berliku-liku, khas medan jalan pegunungan.

D. Genting World Resort 
Menjelang akhir lajur pendakian pada ketinggian 1865-an m di atas permukaan laut, kita bisa melihat lokasi pengerjaan theme park baru yang diperkirakan baru akan operasional pada akhir 2018 ini : Twentieth Century Fox World Malaysia, di sebelah kanan lintasan cable car. Kompleks Genting World Resort (Genting Highlands) sendiri sangat luas dan memiliki aneka fasilitas yang tentunya tak akan habis dijelajahi hanya dalam durasi beberapa jam kunjungan kami (foto di bawah, di bagian tengah foto tampak Hotel Genting Grand yang terkenal).


Kami turun di stasiun Awana SkyWay paling atas yang tepatnya berada di Mall SkyAvenue First World Plaza lantai 4. Tampak akhir lintasan kabel berupa putaran 180 derajat (foto sebelah kiri). Gondola yang sudah berputar di sini akan kembali mengangkut penumpang ke bawah.
Setelah sejenak ke tandas (baca : toilet) karena udara cukup sejuk ketika itu, kami bergegas menuju void/atrium yang berada tak jauh dari stasiun cable car karena ternyata pertunjukan SkySymphony baru saja dimulai. 
SkySymphony kami nilai ber-genre teater cahaya dan musik seperti foto di bawah. Inti dari show ini adalah 1001 buah bola yang tergantung oleh kabel baja ke langit-langit mall. Bola-bola itu berpendar warna-warni sambil bergerak naik-turun membentuk aneka formasi. Sementara beberapa layar LED raksasa di sekelilig atrium menyajikan aneka visualisasi pendukung. Audio berupa orkestra yang tersaji juga terdengar amat jernih.
Dari informasi, SkySymphony saat ini adalah pertunjukan yang menggunakan kabel baja tergantung yang paling besar di Asia. Terdapat setidaknya 3 varian show yang masing-masing diberi nama Forest, Urban Symphony, dan The Goddess.


The Forest merupakan show bertema perlindungan alam dengan visualisasi harimau Sumatra, orang utan, burung rangkong, gajah, dan badak. Semuanya merupakan hewan-hewan yang terancam punah yang hidup di rimba-rimba Asia Tenggara. Jadwal show Forest adalah setiap pukul 10, 13, 16, 19, dan 22.
Urban Symphony menyajikan pertunjukan bertema kehidupan manusia di kota besar yang serba aktif dan dinamis dengan jadwal setiap pukul 11, 14, 17, 20, dan 23. Sementara The Goddess terinspirasi dari kerajaan mistis di atas awan dengan aneka narasi tentang keindahan proses penciptaan setiap pukul 12, 15, 18, 21, dan 24. Pertunjukan gratis ini berdurasi sekitar 5 menit. Jam menunjukkan pukul 15:02 etika kami berada di sana, berarti show yang kami saksikan adalah The Goddess.
Bola-bola SkySymphony jika tidak sedang show sebenarnya tampak layaknya bola-bola biasa saja, tergantung di langit-langit mall seperti foto di bawah.

Setelah menyaksikan SkySymphony yang spektakuler, selanjutnya makan siang dong.... Sejak awal wish list kami adalah makan siang di DC Comics Super Heroes Cafe yang berada di SkyAvenue Mall lantai 3. Sembari turun dari lantai 4, kami sempat masuk sejenak ke zona entertainment lantai 4 yang juga tak jauh dari Awana Station yang ditandai oleh markings besar Ripley's Believe It or Not (foto di bawah). Selain Ripley's, zona ini berisi Alive Museum, Playtime Video Games Park, Jurassic Research Center, Zombie Outbreak, dan Jungle Gym. Sekali lagi karena waktu kami amat terbatas, maka kami tak bisa mengeksplor lebih lanjut area ini.

Sesuai namanya DC Comic Super Heroes Cafe adalah resto halal bertema pahlawan-pahlawan super DC yang terletak di lantai 3 Sky Avenue. Pernak-pernik DC Heroes mulai dari poster hingga figurin memenuhi setiap jengkal cafe ini. Saat kami tiba di sana, hanya ada 1 meja lain yang terisi tamu, sehingga kami cukup leluasa memilih tempat (foto sebelah kanan).
Tidak tahu mengapa, tapi kami sejak jauh-jauh hari memang sudah merencanakan untuk makan siang di sini ketika berada di World Resort Genting, meski sebenarnya di mall ini ada seabrek-abrek restoran lainnya. Harga menu makanan-minuman yang agak pricey juga tak menyurutkan niat kami. Namanya juga mungkin ini adalah wish list once in a lifetime... 
Oh iya, selain di sini, kami juga melihat DC Heroes Cafe di Bayfront Avenue lantai 1, The Shoppes at Marina Bay Sands, Singapura, yang juga mengusung tema dan desain interior serba meriah yang sama. Tidak tahu apakah masih ada lagi cabang lainnya...

Staf resto di sini cukup ramah, dan tak ragu-ragu untuk memberikan rekomendasi menu yang sesuai. Termasuk menginformasikan ukuran (banyak-sedikitnya) menu makanan tertentu. Bahasa yang digunakan tentunya bahasa melayu.
Setelah memesan beberapa menu makanan dan minuman, sembari menunggu order kami datang, anak-anak tak henti melihat-lihat segala penjuru resto sambil berfoto-foto. Mumpung tamu sedang sepi, tak apalah menguasai seisi DC Comics Cafe bagaikan milik sendiri...
Meski belakangan pahlawan super DC terkesan agak kalah pamor dibanding jagoan-jagoan Marvel (terutama berkat gencarnya para pahlawan Marvel tampil di layar sinema memanjakan kita lewat aneka seri Avengers hingga seri terakhirnya : Infinity War yang top markotop itu), para jagoan DC tetap punya tempat di hati kok. Terutama bagi kami dan suami yang menjalani masak kanak-kanak di era '80-an, jaman di mana Superman, Batman, New Teen Titans, dan super-super DC lainnya lebih merajai dunia komik nasional (bersama Tintin-nya Herge). Saat itu seingat kami bisa dibilang hanya Spiderman yang menonjol dari kubu Marvel. Thor ada sih komiknya, tapi tidak begitu banyak. Bahkan X-Men kami tidak ingat apakah ada atau tidak di era itu.



Buku menu di cafe ini juga menarik. Didesain layaknya komik dengan sampul ala komik jadul. Nama-nama makanan-minuman di sini tentunya mengambil inspirasi dari para pahlawan super DC. Unik juga....





Beberapa menu makanan dan minuman yang kami order ketika itu seperti foto di atas dan bawah. Konsisten dengan logo-logo karakter DC Heroes, piring dan gelas menu-menu di sini selalu mencantumkannya di setiap jengkal properti mereka...

Bahkan bangku-bangku resto pun tak luput dari pernak-pernik jagoan-jagoan DC yang didesain dalam bentuk lembaran komik seperti foto di bawah...

Saat kami tengah bersantap, pertunjukan SkySymphony pukul 16:00 terlihat berlangsung di atrium. Sebenarnya dari dalam cafe DC Comics kita juga bisa melihat show tersebut, meski pun tentunya pandangan kita tidak sebebas jika berada di sekitar void mall.
Selesai makan siang - yang sudah terlalu sore sebenarnya saat itu - kami turun ke lantai 2 mall menuju Snow World. Akses ke Snow World melewati lorong, seingat kami dari lokasi DC Comics Cafe lorong ini berada sebelum pintu masuk ke SkyCasino. Kami sempat agak kesulitan menemukan akses ini karena sama sekali tak menduga bahwa kita harus melewati lorong yang terkesan agak gelap ini. Susahnya lagi, sepertinya agak sulit menemukan security yang bisa kami tanyai di SkyAvenue ini. Kami beberapa kali harus bertanya ke petugas kebersihan yang sepertinya orang Bangladesh yang tak bisa berbahasa melayu, dan aksen english-nya pun terdengar asing di telinga kami.


Alhamdulillah akhirnya kami tiba juga di lokasi Snow World (foto di atas). Tapi... kok di sini sepi ya? Jalur antrian tampak kosong melompong seperti foto di samping kanan. Mba-mba petugas di loket tiket pun tampak hanya duduk diam saja.
Ketika kami bertanya, petugas di loket tersebut menjawab bahwa Snow World baru buka pukul 17:20. Alamak... padahal ketika itu baru pukul 16:30. 
Agak galau juga apakah kami harus menunggu loket buka karena Snow World ini salah satu wish list dalam itinerary kami, atau bagaimana.... karena kami juga mesti mengatur waktu agar tidak kemalaman tiba di Colmar. Dalam perjalanan turun dari Genting pun kami masih ingin singgah dulu ke Pagoda Chin Swee.

Timbang punya timbang akhirnya dengan teramat-sangat berat hati kami terpaksa membatalkan kunjungan ke Snow World Genting, hiks...
Jadi guys, jika Anda berminat datang ke sini, perhitungkan baik-baik waktu agar jadwal Anda dapat berjalan lancar.
Sebagai informasi, Snow World merupakan theme indoor buatan bernuansa musim salju. Temperatur di dalam menurut informasi berkisar antara -4 hingga -10 derajat C. Tiket masuk ke sini untuk pengunjung non warga negara Malaysia adalah RM 40 untuk anak 3-11 tahun; RM 50 untuk dewasa; dan RM 40 untuk manula di atas 60 tahun. Kita akan dipinjami mantel tebal yang dpat digunakan selama berada di dalam. Durasi tiap sesi adalah sekitar 40 menit. Terlalu lama di dalam juga tentunya sudah tidak nyaman lagi bagi kita warga negeri tropis. 

Dari lantai 2 di mana Snow World berada kami turun ke lantai dasar, tepatnya di muka Starbucks, tak jauh dari lobby Hotel First World yang gemerlapan (foto sebelah kiri). Di sini kami bertemu kembali dengan Mas Zaki.
Mobil tidak bisa berhenti/parkir terlalu lama di muka lobby ini karena memang di sini cukup crowded. Kami sengaja janjian dulu dengan Mas Zaki, agar kami bisa dijemput di pick point tertentu dengan cepat.
Kami meninggalkan lokasi First World Plaza, turun ke bawah menuju jalan tol untuk pindah ke Colmar. Jika World Resort berlokasi di perbukitan Genting, maka Colmar berlokasi di perbukitan Berjaya yang berada di sebelah barat Genting. Tapi tetap saja kita harus turun dulu ke jalan utama (Lebuhraya KL - Karak), baru kemudian naik lagi ke area Berjaya Hills.

E. Kuil Chin Swee
Kurang lebih setengah jalan antara World Resort dengan persimpangan Lebuhraya KL - Karak (5 menit mengemudi), Mas Zaki singgah sebentar ke Chin Swee yang merupakan kuil Tao yang dibangun di salah satu tebing berhutan lebat dataran tinggi Genting oleh pendiri Group Genting : mendiang Tan Sri Dato' Seri Lim Goh Tong.
Menurut informasi, setelah Lim Goh Tong selesai mendirikan Genting Highland Resorts pada tahun 1975 yang ketika itu baru terdiri dari sebuah hotel dengan kasino kecil, ia kemudian membangun Kelenteng Chin Swee yang tercatat membutuhkan total waktu 18 tahun hingga penyelesaian akhir.
Pagoda Chin Swee merupakan menara 9 lantai seperti tampak pada foto di sebelah kanan. Terdapat lot parkir untuk sekitar 100 mobil di area kelenteng ini. 
Kami tiba di kuil ini pada pukul 17:00. Kondisi matahari saat itu sama dengan pukul 16:00 WIB lah, artinya sudah condong ke barat tetapi masih agak tinggi. Sedikit tricky juga mengambil foto keseluruhan menara ini karena letak matahari kurang lebih berada di belakang pagoda. Jika kita mengambil foto hingga ke atap, maka pencahayaan akan cenderung over exposed. Sementara jika dengan pencahayaan yang lebih ideal, kami maksimal hanya bisa mengambil foto hingga lantai ke-4 atau 5 saja.
Dari sini kita bisa langsung naik tangga berjalan ke atas, ke pelataran yang cukup luas di mana terdapat banyak spot berfoto yang menarik.
Tiga patung besar yang menarik perhatian adalah patung Dewin Kwan-Im (foto bawah kiri), patung Lim Goh Tong (bawah tengah), dan patung Budha setinggi 15m (bawah kanan).
Sebenarnya cukup banyak sudut kompleks Kuil Chin Swee yang dapat dieksplorasi. Hanya saja karena anak-anak tampaknya tidak begitu tertarik dan waktu juga amat terbatas, kami hanya ber-photo stop saja di seputaran pelataran area selama sekitar 20 menit.







F. Colmar Tropicale French Theme Resort
Sekitar 30 menit berkendara dari Kuil Chin Swee, Avanza kami tiba juga di lokasi Colmar yang tepatnya berada di daerah Bukit Tinggi, Bentong, Pahang. Sebenarnya terdapat pos pembelian tiket RM 15/orang untuk masuk ke area Colmar, karena banyak juga pengunjung yang hanya berwisata ke sini tetapi tidak menginap.
Tetapi karena ketika kami melintas di loket waktu sudah menjelang pukul 18:00 alias sudah terlalu sore, maka kami tidak perlu membeli tiket masuk.
Bagi tamu hotel, tiket masuk bisa di-refund untuk pengembalian RM 15 tersebut karena tamu hotel bisa masuk ke area Colmar secara gratis.
Jalan akses ke lokasi Colmar pun berliku-liku, namun tanjakannya tidaklah securam ketika naik ke Genting. Jalan ke Genting pun lebih lebar daripada  akses ke Colmar ini.
Mas Zaki menghentikan mobil di gerbang masuk area resort. Dari sini kami mesti berjalan kaki sedikit ke lobby hotel yang berada tepat di belakang menara jam l'Horloge ala Colmar Tropicale.
Selesailah sudah acara kami pada hari pertama ini. Alhamdulillah hampir semua sesuai dengan itinerary. Detil artikel mengenai Colmar Tropicale dapat dibaca di sini...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar