Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Rabu, 27 September 2017

Alun-Alun Bandung

Idul Fitri 1436H (Juli 2015) lagi-lagi kami lewatkan di Bandung. Menikmati jalan raya Bandung yang lengang ditinggal mudik sebagian penghuninya pagi sehari sebelum Lebaran, kami sekeluarga dan mertua menyempatkan diri berkunjung ke Alun-Alun Bandung yang sejak diresmikan pada akhir Desember 2014 terbukti menjadi magnet bagi pengunjung dari Bandung sendiri maupun dari kota-kota sekitarnya.

Nuansa Konferensi Asia-Afrika Bandung 2015 (peringatan 60 tahun KTT Asia-Afrika 1955) masih kental terasa di seputaran Alun-Alun. Spanduk dan bola-bola beton dengan bendera negara-negara KAA masih bertebaran di sana-sini. Gedung KAA memang terletak di Jalan Asia-Afrika, tak jauh dari Alun-Alun, Jalan Braga, dan Hotel Savoy Homan. Terdapat tugu peringatan KAA berisi nama-nama negara pesertanya di sebelah timur Alun-Alun. Banyak yang berfoto selfie di sini selain kami.


Kami datang dari arah Jl. Asia-Afrika, parkir di lahan kosong ex Palaguna yang telah dibongkar. Alun-Alun Bandung sebenarnya memiliki parkir basement yang berada tepat di bawah lapangan Alun-Alun itu sendiri. Kita harus datang dari arah selatan (Jl. Dewi Sartika atau Jl. Dalem Kaum) untuk masuk ke parkir basement ini. Jika kita datang dari Jl. Asia-Afrika, kita harus memutar dulu via Jl. Otto Iskandar Dinata ke Jl. Dalem Kaum. Foto di bawah adalah pintu keluarnya.

Aneka produk bambu ulir, detil klik di sini...

Di sisi utara Alun-Alun ini terdapat pula halte bus dengan huruf kapital merah dan putih bertuliskan ALUN-ALUN BANDUNG yang belakangan menjadi icon.

Masih di sisi utara Alun-Alun, terdapat gedung tua berarsitektur kolonial dan Menara BRI yang menjulang. Keduanya saling bersebelahan.


Terdapat area bermain anak di plasa utara Alun-Alun, sementara di plasa timurnya terdapat banyak bangku untuk duduk-duduk. Tong sampah sebenarnya cukup banyak tersedia, sayang masih ada saja yang membuang sampah sembarangan...

Kita harus melepas alas kaki untuk masuk ke lapangan rumput sintetis Alun-Alun. Menurut kami sih aman-aman saja meninggalkan alas kaki di pinggir plasa. Atau kalau mau lebih aman ya masukkan saja alas kaki ke dalam kantung plastik, dan kita bawa ke lapangan rumput. 

Rumput sintetis sendiri dipilih karena tidak akan rusak/mati terinjak pengunjung (sementara Alun-Alun Bandung dikunjungi oleh banyak orang setiap harinya), serta tidak membutuhkan tanah yang berat dan membebani plafon area parkir basement di bawahnya. 
Pemandangan Masjid Raya Bandung di sisi barat pagi itu cukup spektakuler dengan langit biru bersih tanpa sepotong pun awan. Udara yang masih cukup sejuk membuat kami betah berlama-lama beraktivitas di sini. Sayang aroma rumput sintetis yang basah/lembab agak apek. Mungkin sudah perlu dicuci bersih setelah digunakan sekian lama, ya.

Banyak pedagang menjajakan aneka permainan anak seperti bola nuansa bendera-bendera negara, pesawat-pesawatan, layangan, dsb. Harganya tidak mahal, berkisar Rp.10rb saja per buahnya. Anak-anak kami membeli bola dan pesawat-pesawatan. Mas-mas penjualnya juga baik, tetap mau memperbaiki pesawat-pesawatan anak kami yang tidak bisa terbang lurus meski sudah beberapa lama dimainkan.

Kakeknya anak-anak kemudian masuk ke masjid untuk shalat dhuha. Anak-anak  ikut-ikutan menuju area pintu masuk dan selasar masjid. Meski di luar cukup terik, di selasar ini terasa lebih sejuk.

Dari area pintu masuk masjid, kami menyusuri sisi selatan Alun-Alun untuk menuju ke tempat semula di plasa timur. Di sisi selatan ini terdapat petak-petak berisi bunga aneka warna kuning-merah-hijau yang terlihat indah jika sedang bermekaran. Di sini terdapat pula pintu masuk parkir basement (arah Dalem Kaum) yang tadi kami singgung.

Sepanjang sisi selatan Jl. Asia-Afrika dekat Alun-Alun pun dapat dijadikan lokasi berfoto yang menarik semenjak disediakannya bangku-bangku taman outdoor bagi pengunjung di trotoarnya yang lebar. Kebersihan area ini cukup terjaga. Sayangnya area di bawah jembatan penyeberangan orang ke arah Jl. Cikapundung Barat beraroma agak pesing. Perlu upaya lebih keras dari Dinas Kebersihan untuk memperbaikinya.

Asyiknya, saat ini kita bisa berfoto dengan cosplayer jalanan pula yang stand by di bagian utara Alun-Alun. Tapi jangan salah, meski judulnya cosplayer jalanan, tetapi kualitas kostum dan gaya mereka terkategori juara juga lho...
Anak-anak sempat berfoto dengan Kakashi, Iron Man, dan Optimus Prime di sini. Selain ketiganya, terdapat beberapa pilihan tokoh animasi lain semisal Power Ranger, Naruto, Anna Frozen, hingga Pikachu. Cosplayer di sini tidak mematok tarif tertentu untuk berfoto bersama mereka. 


Alun-Alun Bandung sendiri tercatat telah mengalami beberapa kali perubahan besar. Dari beberapa sumber/website yang kami baca, setidaknya beginilah evolusi itu berlangsung :

  Alun-Alun jadul berupa ruang terbuka tempat berkumpulnya manusia untuk upacara atau kegiatan publik lain. Inilah sejatinya fungsi alun-alun. Tampak di latar belakang Masjid Agung Bandung masih memiliki atap limas berundak (foto dari www.bandungtempodoeloe.blogspot.com).

Alun-Alun Bandung tahun '80-an sudah bukan lagi ruang terbuka, tetapi berdesain pulau-pulau. Masjid Agung tampak memiliki tangga penyeberangan langsung ke Alun-Alun, dan jalan raya di sisi barat Alun-Alun (Dewi Sartika ke Banceuy) masih aktif.

 Alun-Alun Bndung tahun 2007, sudah memiliki parkir basement dan masih mengadopsi desain pulau-pulau. Masjid sudah diperluas ke depan hingga jalan di sisi barat Alun-Alun ditutup (foto dari www.covesia.com).

 Alun-Alun Bandung versi penghujung 2014 dengan semangat kembali ke konsep ruang terbuka tempat manusia berkumpul. Menara masjid sebenarnya memiliki lift yang dapat dinaiki. Dari atas kita bisa melihat pemandangan kota Bandung dari ketinggian. Kami pernah naik ke atas menara ini beberapa tahun lalu, namun saat Lebaran 2015 ini tidak (foto dari Koran Sindo).
***

Share info : salah satu opsi hotel yang nyaman di bilangan Jl. Lingkar Selatan Bandung adalah Hotel Horison Bandung (tak jauh dari perempatan Buah Batu). Hotel ini memang tidak baru lagi, tetapi kamarnya masih bersih dan terawat. Kolam renang olympic size untuk dewasa dan yang lebih kecil untuk anak-anak menjadi faktor plus tersendiri. Pilihan menu breakfast cukup beragam dan enjoyable. Di kiri-kanan hotel terdapat banyak pertokoan dan restoran jika Anda membutuhkan keperluan sehari-hari, atau menu makanan yang tidak tersedia di hotel dan harganya lebih ramah di kantong.

Kapasitas parkir Horison Bandung sangat memadai. Dari arah pintu masuk memang seolah area parkir tidak terlalu luas, tetapi sebenarnya di sebelah kanan (arah pintu keluar) masih terdapat area parkir yang lebih luas. Hotel ini mengadakan shalat jum'at pula sehingga tamu hotel tak perlu repot mencari masjid di luar. Secara keseluruhan Horison Bandung recommended. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar